Muhammad Al Ghazali (1917 – 1996) siapa yang tidak mengenalnAya di
dunia islam dan khususnya timur tengah ,seorang dai dan pemikir yang
karangan – karangannya telah memperkaya khazanah perpustakaan islam. Ia
terkenal dengan dakwahya yang begitu banyak menyoroti kelemahan
kelemahan umat islam dan dalam waktu bersamaan ia pun bisa berdakwah
begitu menyentuh dan membangkitkan kesadaran umat islam.
Karya
Al Ghazali begitu banyak hingga mencapai 60 karya tulis, salah satu
karyanya yang terkenal adalah Al Mahawir Al Khamsah Lil Quran Al Karim.
Karya ini membuktikan bahwa Al Ghazali memiliki perhatian yang cukup
serius dalam bidang kajian Al Quran dan tafsir, disamping karyanya yang
serupa yakni Nahwa Tafsir Maudhui dan Nazharat fi Alquran. Karya Al
Mahawir Al Khamsah lebih tepat disebut sebagai pengantar untuk memahami
karyanya dalam bidang tafsir yaitu nahwa tafsir maudhui. Tafsir maudui
yang dimaksud Al Ghazali ini adalah memahami pesan -pesan utama yang ada
di dalam setiap surat dan semangat yang terkandung didalamnya. Sehingga
setiap surat tidak ditafsirkan secara urut ayat tetapi hanya menarik
benang merah yang ada didalamnya, sehingga nampak jelas apa sesungguhya
pesan utama yang ada dalam setiap surat yang ada di dalam Al Qur'an.
Menurut
Al Ghazali ada lima fokus pembahasan yang sering dan paling penting
yang terdapat dalam Al Quran. Pertama adalah Allah Al Wahid, Allah Maha
Esa. Kedua, Alam semesta, Al Kaun yang menunjukkan adanya sang
penciptanya. Ketiga, kisah –kisah Al Quran. Keempat, kebangkitan dari
kubur dan adanya pembalasan, al baa'st wa al jaza'. Kelima, aspek
pendidikan dan tasyri'.
Allah Al Wahid, Allah Maha Esa merupakan
fokus pembahasan yang banyak dan paling penting yang disampaikan Al
Quran. Oleh karena itu kita melihat ayat - ayat Al Quran menolak konsep
banyak tuhan atau syirik. Menurut Al Quran tuhan tuhan yang disembah
selain Allah adalah nama –nama hasil rekayasa manusia. Allah-lah Maha
Esa.Tempat bergantung semua makhluk, tidak beranak dan diperanakkan dan
tiadak ada satupun yang menyamainya (QS Al Ikhlas : 1 – 4 ). Dialah
pencipta segala sesuatu ( QS : Az – Zumar :62 ). Dua ayat diatas cukup
jelas mengenai konsep ketuhanan dalam Al Quran. Ia menolak segala konsep
trinitas , syirik dan tidak percaya tuhan (Mulhid, komunis), Untuk
membuktikan Allah itu Maha Esa menurut Al Ghazali sangatlah banyak dalam
Al Quran, akan tetapi dalam sejarahnya umat islam justru sibuk
membuktikan keesaan Allah melalui metode filsafat yunani yang
mendominasi pemikiran kalam islam. Seandainya umat Islam mengambil
konsep akidah mereka dari Al Quran saja tentu mereka akan bebas dari
keruwetan filsafat yunani (hlm, 13). Disamping itu Al Quran juga menolak
segala bentuk syirik bahkan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan yang
segala keinginannya harus dipenuhi juga dianggap sebagai bentuk
kekafiran dan kekufuran. Dalam bahasa tegas Al Ghazali mengatakan
tidaklah penting apakah kesyirikan itu dalam bentuk patung yang dipahat
atau pemimpin yang mecitrakan dirinya seprti firaun. Cukuplah hati dan
pikiran yang kosong dari Allah, hanya mengikuti hawa nafsu semata mata
mengingat dunia dan mengingkari akhirat dan hanya mengikuiti seruan hawa
nafsu belaka dapat dianggap satu bentuk kekufuran, jika tidak lantas
apalagi yang pantas disebut kekufuran itu ( hal.50 ). Umat islam akan
bisa selamat jika menjadikan tauhid sebagai filsafat hidup dan spirit
mereka,bukan semata mata hanya jargon kosong.
Fokus kedua, Al
Quran adalah alam yang menunjukkan adanya Sang Pencipta alam semesta.
keindahan dan keteraturan semesta, pergantian siang dan malam, hujan
turun dari langit yang memberikan kehidupan bagi bumi, perputaran angin
serta langit bumi menjadi tanda - tanda dan sekaligus menunjukkan adanya
Sang Penciptanya (QS Al Jatsiah : 3–6 ) menurutnya, keterbukaan kita
dalam memahami alam semesta merupakan tuntutan Al Quran (hal. 5-60).
Kemunduran umat islam lebih banyak disebabkan karena mereka kurang
memperhatikan dan mempelajari alam semesta (Hal. 57). Iman yang dibangun
tanpa memperhatikan ayat- ayat kauniah dan tuntutan Al Quran akan
berubah menjadi pemikiran yang rumit dan penalaran penalaran filsafat
teoritis yang mati (Hal. 57). Umat Islam sibuk membaca kitab kitab
(tauhid atau filsafat islam) yang suda mati dan mereka tidak membaca
alam terkembang ini padahal Al Quran sering kali mendorong kita untuk
memahami ayat – ayat kauniah ini.(Hal. 58). Menurut Al Ghazali
mengaibakan dan tidak peduli untuk mengkaji alam semesta merupakan pintu
kebodohan dan kesesatan. Sesungguhnya islam membangun ma'rifatnya
kepada Allah dengan pemahaman yang mendalam terhadap alam dan
mengkajinya terus menerus. Ilmu yang jauh dari pemahaman terhadap alam
semesta merupakan penyimpamgan yang berasal dari yunani bukan metode
islam dan orang orang yang begitu cenderung terhadap penyimpangan ini
telah membahayakan risalah islam (Hal. 53).
Fokus ketiga adalah
kisah kisah Al Quran. Al Quran memang demikian banyak menceritakan kisah
kisah para nabi dan rasul dan kisah kisah umat sebelum Rasulullah.
Menurutr Al Ghazali semua kisah Al Quran meskipun satu kisah diulang
diulang diberbagai surat bukanlah satu bentuk pengulangan tanpa memiliki
arti dan tujuan sendiri. Dengan kata lain setiap pengulangan kisah yang
sama memiliki konteks dan pesan yang ingin disampaikan dan saling
menyempurnakan satu sama lain. Seperti kisah Nabi Adam AS. (Hal. 83)
Menurut
Al Ghazali kisah kisah Al Quran merupakan media dan alat pendidikan.
Dengan memahami kisah –kisah Al Quran Kita dapat melihat bahwa penyakit
sosial masyarakat memiliki kemiripan meski mereka dipisahkan oleh waktu
yang sangat lama. Tuduhan penyihir dan orang gila yang dituduhkan oleh
umat Nabi Nuh kepadanya sama juga dengan yang dituduhkan oleh orang
Quaisyi kepada Rasulullah. Seolah -olah mereka saling berpesan untuk
tuduhan yang sama (QS Azd Dzariat : 52–54). Begitu juga sikap para elit
kaum nuh yng memandang rendah orang orang miskin sama dengan sikap yang
ditampilkan orang Quraisy ( QS 27 : Ayat 29-30). Kisah Al Quran sebelum
ia menjadi bukti historis ia merupakan penjelas bagi aqidah, adab,
ibadah, dan politik. Untuk memahami kisah kisah Al Qur'an ini dengn
baik,maka Al Ghazali menawarkan satu tafsir tematik yang menghimpun
semua kisah –kisah yang ada dalam Al Quran agar dapat dipahami dengan
baik. Tujuan utama kisah dalam Al Quran adalah agar umat islam dapat
memahami sunnah sunnah Allah di alam semesta dan sunnahnya yang berlaku
bagi masyarakat sehingga umat Islam tidak berupaya untuk melampuinya dan
selalu sejalan dengan Sunnah Allah. Menurut Al Ghazali, kita umat islam
akan bisa menguasai dunia ini dengan baik jika kita berinteraksi dengan
benar terhadap sunnah sunnah Allah di alam semesta ini.
Fokus
keempat adalah kebangkitan dari kubur dan pembalasannya. Ketika Allah
menciptakan manusia sebenarnya manusia diciptakan untuk abadi di surga.
Manusia hidup di dunia hanya untuk sementara. Al Quran banyak bicara
tentang akhirat dan hisab. Ada surga yang penuh dengan nikmat dan ada
neraka yang penuh dengan adzab dan kekal didalamnya hanya saja banyak
manusia yang tidak percaya akan akhirat dan tidak bersiap untuk bertemu
dengan Allah dan hidup di dunia dengan segala perbuaatn maksiat. Oleh
karena itu Al Quran selalu menyebut dan mengulang tema kebangkitan dari
kubur dan adanya hisab di Akhirat, hampir semua surat selalu menyebut
masalah ini bahakn surat Al Fatihah yang dibaca dalam shalat 5 waktu
menyebutkan hari pembalasan ini (Maliki Yaumiddin).
Dalam Al
Quran, Allah menjelaskan bahwa Ia akan menegakkan keadilan dan menghukum
orang orang zhalim: pada hari itu semua manusia akan dibalas apa yang
pernah mereka lakukan.Hari itu tidak ada kezhaliman. Dan Allah sangat
cepat perhitungannya (QS Al Ghofir : 17 ). Dunia ini tempat untuk
menguji manusia, tempat beramal bukan untuk menerima hasil juga bukan
tempat tegaknya keadilan. Banyak Para Nabi yang terbunuh, kebohongan
seperti kebenaran yang tersebar luas, keseimbangan harus dikembalikan
dan tempatrnya di akhirat. Al Quran menghadirkan pembicaraan tentang
kiamat seolah–olah ia hadir dihadapah kita, mendidik kita bahwa setelah
dunia ini ada akhirat tempat kita mempertanggungjawabkan apa yang telah
kita lakukan disini,di dunia.
Pendidikan seperti apakah yang di
inginkan Al Quran? Pendidikan itu adalah pendidikan rabbaniah, Peradaban
yang rabbaniah, kebudayaan rabbaniah. Manusia rabbani adalah manusia
yang mengetahui hakikat dirinya dan selanjutnya ia bergerak didalam
kebenaran dan kebaikan. Oleh karena itu Al Quran banyak menyebutkan apa
saja yang dicintai Allah dan apa saja yang tidak dicintai Allah. Ini
menurut AL Ghazali memiliki makna tarbiyah (pendidikan). Karena seorang
mukmin akan melakukan apa yang dicintai Allah dan meninggalkan apa yang
dibenci Allah. Dan keduanya memiliki makna ibadah, karena ibadah tidak
hanya di dalam masjid tetapi ia bisa dilakukun di segala tempat
(Hal.160)
Sedangkan fokus kelima adalah dbidang pendidikan dan
tasyri'. Untuk ini Al Ghazali membuat pembahasan tersendiri dan
menghimpun banyak ayat perbuatan apa saja yang dicintai Allah dan apa
saja yang tidak dicintai Allah. Misalnya, Allah tidak mencintai orang
yang melampaui batas, Allah mencintai orang yang yang suka berbuat
baik,mencintai orang yang suka bertaubat, orang bertakwa,orang yang suka
bertawakal dan sebagainya. Tidak mencintai orang yang berbuat sombong,
suka berbuat dosa, penghianat, suka berlebih-lebihan, suka berbuat
kerusakan dan sebagainya.
Kiranya karya Al Ghazali ini perlu
dikaji scara seksama oleh para santri pesantren yang ingin mempelajari
tafsir atau lebih tepatnya kitab ini sebagai muqoddimah atau pengantar
belajar tafsir karena sering kali kita langsung mengajarkan satu kitab
tafsir kepada para santri tanpa kita memberikan satu bentuk pengantar
kepada mereka bahkan mungkin kita pun tidak tahu apakah sebenarnya tema
sentral atau fokus utama kandungan Al Quran itu. Paling tidak karya ini
dapat membantu para pengampu tafsir dikalangan pesantren khususnya untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap kajian tafsir ketika
mengajar tafsir. Disinilah Urgensi karya Al Ghazali ini dan
kontribusinya dalam pengembangan studi Al Quran patut untuk diapresiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar