Sebab sebab hati terhijab

JASAD batin atau ruh yang selalu kita artikan sebagai hati,mempunyai kemampuan memandang dan mengenal sesuatu, merasakan kesenangan dan kesusahan, mengetahui yang lahir maupun yang batin khususnya mengetahui keberadaan Alloh SWT. Itulah kelebihan manusia daripada makhluk lain yaitu mempunyai hati yang dapat mengenal Alloh dengan sebenar-benarnya sehingga menjadi hamba Alloh yang benar-benar takut pada Alloh. Sebagaimana difirmankan oleh Alloh ''Apabila disebut nama Alloh, gemetarlah hati-hati mereka.(Al Anfaal : 2) ''
Hati yang terang-benderang seperti itu dimiliki oleh para 'ariffin, muqarrobin dan solehin. Hati mereka dapat melihat dan betul-betul mengenal sifat-sifat keagungan Alloh. Karena itu mereka benar-benar dapat menghambakan diri kepada Alloh SWT. Sebaliknya ada juga manusia yang hatinya gelap /buta tidak dapat melihat dan mengenal Alloh. Hal itu juga difirmankan oleh Alloh SWT '' Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama seperti orang yang buta ? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Ar Ro'd : 19)
Firman Alloh lagi '' Mereka itulah orang-orang yang hatinya, pendengarannya dan penglihatannya telah dikunci oleh Alloh dan mereka itulah orang-orang yang lalai.(An Nahl : 108) ''
Dari Umar Al Khattab, Rasulullah SAW bersabda "cap penutup hati tergantung di kaki arasy. Bila seseorang melanggar larangan Alloh (menghalalkan yang diharamkan oleh Alloh) maka Alloh akan menutup hati mereka dengan cap penutup hati tersebut."
Bila hati sudah buta, atau sudah dikunci mati oleh Alloh SWT, maka hati tidak dapat lagi mengenal Alloh. Begitulah hati orang-orang kafir dan munafik yang menyebabkan mereka menolak kebenaran.
Namun bukan hanya hati orang kafir dan munafik saja yang sudah buta, kita sebagai umat Islam pun masih banyak yang hatinya buta. Buktinya adalah kita masih sering membuat dosa (kecil atau besar). Orang yang masih membuat dosa adalah orang yang tidak takut pada Alloh. Orang yang tidak takut pada Alloh adalah orang yang tidak kenal siapa Alloh. Jika tidak kenal Alloh menandakan bahwa hati telah buta.
Sabda Rasulullah SAW '' Sesungguhnya seorang mukmin apabila ia melakukan dosa maka terjadilah satu bintik hitam di hatinya. Jika dia bertaubat dan berusaha membuangnya bintik hitam tersebut maka akan selamatlah hatinya. Kalau dosanya bertambah maka hatinya akan semakin terkunci ''
Sabda baginda lagi yang maksudnya :Orang yang membuat satu dosa hilanglah sebagian akalnya untuk tidak kembali lagi selama lamanya.
Kalau mata kita buta, maka kita tidak dapat melihat, tidak dapat mengenal bahkan tidak dapat berjalan lagi. Begitulah kalau hatikita buta, kita tidak dapat mengenal Alloh dan tidak dapat menempuh jalan syariat lagi. Kita tidak takut, tidak ridho, tidak tawakal, tidak yakin, tidak berharap kepada Alloh, tidak cinta, tidak yakin dengan janjiNya yaitu Syurga, Neraka, Hari Hisab, siksa kubur, dan lain-lain lagi. Bila perasaan tersebut sudah tidak ada di hati kita maka datanglah penyakit hati.
Firman Allah '' Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta. (Al Baqarah : 10) ''
Mereka akan tersiksa di dunia dan di Akhirat. Di dunia mereka akan merasa kecewa, putus asa, berkeluh kesah, dan tidak tenang. Di akhirat tentulah lebih tersiksa lagi.
Penyakit hati yang Alloh maksudkan itu diantaranya ialah iri dengki, dendam, buruk sangka, serakah, cinta dunia, bakhil, pemarah, penakut, riya', ujub dan sombong.
Langkah pertama yang wajib ditempuh untuk mengobati penyakit hati kita ialah dengan mengobati hati yang buta itu. Bila hati sudah tidak buta maka penyakit-penyakit hati lainnya akan hilang dengan sendirinya.
Kalau mata kita sakit atau buta, maka kita akan pergi ke dokter mata. Mungkin mata kita akan dibersihkan, dibedah dan sebagainya. Begitupun kalau hati kita yang buta, maka kita mesti memberi pengobatan yang sesuai.
Untuk itu mari kita lihat dulu apakah yang menyebabkan hati terhijab ? Di antaranya adalah:
a. Memakan makanan haram dan makanan syubhat, baik sadar atau tidak.
Bersabda Rasulullah SAW yang maksudnya:
"Hati itu dibina dengan apa yang dimakan."
Hati kita adalah segumpal darah yang mengandung sel-sel darah merah dan zat-zat besi. Sel dan zat-zat itu berasal dari makanan yang kita makan. Kalau makanan kita bersih (halal mengikut syariat Islam) maka sel dan zat itu juga bersih sehingga hati kita juga akan bersih. Sebaliknya kalau makanan yang kita makan itu kotor (haram dan syubhat) baik benda itu haram atau uang yang digunakan untuk membelinya haram, maka sel dan zat-zat besi, atau zat-zat yang membina hati kita itu kotor, busuk dan gelap.
Hati seperti wadah yang terbuka. Hati yang kotor tidak akan menerima taufik dari Alloh sebab Alloh tidak akan memberi taufik dan hidayah kepada hati yang kotor. Sama halnya kita tidak akan memasukkan makanan ke dalam piring yang kotor. Apalagi taufik dan hidayah dari Alloh itu sangat tinggi harganya.
Bila hati tidak bisa melihat kebenaran maka tidak akan terasa kebesaran, kehebatan, kasih sayang dan didikan dari Alloh, tidak terasa anugerah, penjagaan, pengawasan dan pembelaan Alloh. Kalau hati tidak mendapat hidayah dan taufik lagi maka kita akan menjadi orang yang sesat dan selalu terlibat melakukan maksiat dan mungkar.
Bersabda Rasulullah SAW '' Dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Bila baik daging itu baiklah seluruh anggota dan seluruhjasad. Bila jahat dan busuk daging itu jahatlah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.(Riwayat Al Bukhari & Muslim) ''
Firman Allah '' Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Alloh telah rezeqikan kepadamu dan bertakwalah kepada Alloh yang kamu beriman dengan-Nya. (Al Maidah : 88)
Perintah memakan makanan yang halal adalah wajib. Kalau kitamakan makanan yang haram dalam keadaan sadar bahwa benda yang kita makan itu haram maka kita akan berdosa dan hati kita akan gelap. Tetapi kalau makanan yang haram dan syubhat itu kita makan, tanpa diketahui bahwa benda itu haram dan syubhat maka kita tidak berdosa tetapi hati kita yang dibina dari makanan itu tetap akan gelap.
Atas dasar itulah Sayidina Abu Bakar As Siddiq mengorek kembali makanan yang telah ditelannya hingga muntah-muntah, setelah dia mengetahui bahwa makanan itu sumbernya adalah syubhat. Amirul Mukminin itu merasa cukup takut bila makanan itu akan membutakan hatinya. Setelah mengorek makanan itu, dengan rasa bimbang bila saja ada sisa-sisa makanan tersebut yang masih ada dalam perutnya, maka beliau pun berdoa, "Ya Alloh, jangan Engkau bertindak kepadaku akan apa yang telah jadi darah dagingku"
Begitulah Sayidina Abu Bakar menjaga hatinya. Sebab itu hatinya menjadi terang-benderang. Jadi, tidak mengherankan kalau keyakinan beliau cukup kuat dengan Alloh.
Rasulullah SAW pun memuji beliau '' Kalau dibandingkan iman Abu Bakar dengan iman seluruh manusia kecuali Nabi dan Rasul niscaya imannya masih lebih baik.
Hal yang serupa terjadi pada Imam Nawawi. Semasa hidupnya ia tidak makan buah-buahan di Damsyik karena merasa buah-buahan itu syubhat. Beliau sangat menjaga hatinya.
Hati yang terang-benderang akan mempunyai basiroh pandangan batin yang tajam yang dapat menembus alam goib dan alam kerohanian. Bila alam gaib yang hebat itu bisa terlihat oleh kita maka alam yang lahir itu sudah tidak berarti apa-apa.
Perbandingannya seperti ini : Misalnya suatu hari kita diundang menjadi tetamu raja. Maka masuklah kita ke istana. Di sana kita akan diberi dengan pelayanan yang istimewa, dengan pakaian dan makanan, peralatan dan perhiasan yang tidak pernah kita jumpai. Kita merasa sangat gembira dan kita merasa tidak mau kembali lagi ke rumah kita, sebab rumah kita sudah tidak berharga apa-apa lagi dibandingkan dengan kehidupan yang indah di istana.
Begitulah keadaan mereka yang bisa melihat kehebatan alam gaib. Alam yang lahir menjadi tidak berharga lagi. Karena itulah Sayidina Abu Bakar r.a bisa mengorbankan semua harta bendanya kepada jihad fisabilillah hingga tidak ada apa-apa lagi yang ditinggalkan untuk anak isterinya. Beliau mau menebus kehidupan di alam gaib yang maha hebat dengan menggadaikan seluruh harta benda dunia yang murah itu. Begitu juga sahabat-sahabat yang lain dan mujahid-mujahid Islam, mereka telah mengorbankan dunia yang sedikit itu untuk membeli kehidupan akhirat yang agung di alam baqo' nanti.
Firman Alloh '' Sesungguhnya Alloh SWT telah membeli dari orang mukmin, diri dan harta mereka dengan (harga) Syurga untuk mereka. (At Taubah : 111)''
Mari kita mengobati hati kita dengan menghindar dari makanan yang haram. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengelak dari makanan yang haram diantaranya ialah :
1. Jangan memakan makanan yang zatnya jelas haram seperti arak atau makanan yang dicampur arak atau daging yang tidak disembelih.
2. Jangan memakan makanan yang bernajis baik sifatnya najis (karena dibuat dari bahan yang tidak halal) atau karena cara mencucinya tidak betul atau tidak menurut syariat, sehingga tetap najis (tetap tidak halal).
3. Jangan memakan daging yang disembelih secara tidak halal dan membersihkannya tidak menurut syariat.
4. Jangan memakan makanan yang dibeli dengan uang yang haram (sekalipun makanan itu halal). Uang yang haram contohnya uang suap, uang riba, uang curian dan tipuan.
5. Jangan kita memakan makanan dari usaha yang haram sepertiriba, pelacuran, judi, dan lain-lain.
Makanan syubhat ialah makanan yang kita ragukan halal atau haram dan uang syubhat ialah uang yang sumbernya kita ragukan halal atau haram. Makanan dan uang yang syubhat itu wajib dielakkan supaya kita berpeluang memperoleh kejernihan batin untuk mengenal Allah dengan pengenalan yang sebenarnya.
Sekarang ini banyak makanan di restoran yang menyalahgunakan perkataan 'HALAL' dan 'ISLAM' sebagai tanda perniagaan mereka. Kita harus berhati-hati juga sebab musuh Islam telah menyalahgunakan kata-kata 'HALAL' dan 'ISLAM' itu untuk keuntungan perut dan kantong mereka saja. Mereka samasekali tidak takut pada Allah dan tidak ingin untuk mencari keridhoanNya.
Makan makanan yang halal tetapi berlebihan juga menjadi satu faktor penentu kepada corak hati kita.
Sabda Rasulullah SAW '' Wadah yang paling dibenci oleh Alloh adalah perut yang penuh dengan makanan yang halal.
Allah benci kepada perut yang penuh dengan makanan sebab perut yang penuh itu akan melemahkan kegiatan hati sehingga tidak kuat untuk memandang pada alam gaib.
Bila hati lemah maka manusia menjadi lalai dan malas. Malas beribadah dan mudah terjebak dalam maksiat. Atas dasar itulahpara salafussoleh mengurangi porsi makan mereka.
Rasulullah SAW selalu melatih perutnya untuk berada dalam keadaan lapar. Beliau pernah meletakkan batu di perut dan kemudian mengikat perutnya dengan kain agar tidak terasa kekosongan perut yang memang kosong. Beliau jarang berada dalam keadaan kenyang. Jika satu hari kenyang, maka tiga hari lapar. Beliau selalu berpuasa satu hari, kemudian satu hari lagi berbuka.
Begitu pula cara hidup yang ditempuh oleh Nabi Sulaiman a.s yang dikenal sebagai orang kaya-raya. Beliau selalu berpuasa dan hanya memakan roti kering dan air putih. Nabi Yusuf a.s pun ketika menjadi menteri di Mesir melakukan sehari berpuasa dan sehari berbuka. Bila ditanya mengapa Beliau berbuat begitu, jawabnya, "Di hari aku lapar, aku dapat merasa bahwa aku adalah hamba yang memerlukan pertolongan Alloh. Di hari aku kenyang maka aku dapat bersyukur pada Allah SWT yang memberikan rezeki."
Begitulah cara hidup Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, orang-orang muqarrobin dan orang-orang soleh. Mereka berjuang melawan nafsu untuk membersihkan hati supaya merasa diri sebagai hamba Alloh yang lemah dan hina dina. Cara hidup mereka itulah yang wajib kita contoh. Kita mesti senantiasa berperang dengan nafsu yang selalu mengajak kita lalai dari Alloh.
Mari kita obati hati kita dengan cara mengurangi makan. Langkah-langkah praktis yang mesti diambil untuk mengurangi makan di antaranya ialah :
1. Hidangan makanan kita janganlah lebih dari dua jenis lauk. Itulah amalan Sayidina Umar. Beliau tidak makan dengan lebihdari dua jenis lauk. Sebab bila jenis lauk sudah bermacam-macam nafsu kita bertambah besar untuk merasakan semua jenis lauk.
2. Makanan itu sebaiknya sederhana, jangan terlalu enak. Sebab kalau terlalu enak, kita tidak mampu mengawal nafsu untuk makan berlebihan.
3. Jangan menyimpan berbagai kelebihan makanan dalam rumah, sebab bila makanan tersedia maka kita senantiasa berfikir untuk makan. Sebaliknya kalau tidak ada simpanan makanan, nafsu tidak akan mengajak kita berfikir untuk makan.
4. Coba memperbanyak puasa sunat seperti di hari Senin dan Kamis atau paling kurang tiga hari dalam sebulan.
Harus kita fahami bahwa langkah-langkah di atas adalah untuk membersihkan hati dan membuat hati kita merasa menjadi hamba Allah yang lemah dalam segala masalah kita.
b. Pandangan dan Pendengaran yang Haram
Kita telah sepakat bahwa : "Dari mata turun ke hati." Artinya hasil dari pandangan (termasuk pendengaran) bukan sekedar terasa di mata dan telinga tetapi akan bersambung dan berkesan di hati. Kalau apa yang kita pandang dan dengar itu baik, maka hati kita akan menerima kebaikannya. Sebaliknya kalau yang kita pandang dan dengar itu maksiat dan mungkar (haram), maka hati kita akan berisi kejahatan dan kemungkaran itu.
Hati yang senantiasa menerima pandangan dan pendengaran yang mungkar akan menjadi hati yang gelap dan pekat, buta dari melihat keagungan Allah. Hati itu tidak lagi merasa takut pada Alloh, bahkan cinta dan rindu pada Alloh SWT akan hilang.
Saya rasa kita semua tentunya memiliki pengalaman pribadi terhadap hal itu. Kalau setiap hari hati kita terisi dengan dzikrullah, bacaan Al Quran, puasa, shalat sunat, membaca kitab dan mendengar pengajian agama, hati kita akan lembut, terasa indah dalam beribadah kepada Alloh, rindu kepada kebaikan, benci dan takut kepada dosa. Tetapi kalau setiap hari hati kita isi dengan program TV, berkata-kata kosong, mengumpat dan mencaci, membaca majalah hiburan yang penuh maksiat, mendengar lagu-lagu pop, maka kita akan menjadi malas beribadah, memandang kecil tentang cara hidup sunnah, tidak ada rasa takut dengan Allah, tidak membesarkan Allah apalagi untuk rindu pada-Nya, tidak suka pada pemuka agama dan lupa pada Akhirat. Hati kita menjadi cinta kepada dunia dengan segala hiburannya. Hati selalu ingin lepas, bebas tanpa disekat oleh hukum Islam, malas berjuang dan berangan-angan, serta ingin hidup lebih lama lagi.
Itulah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa tindakan lahir, pendengaran dan penglihatan yang haram akan membuat hati kita buta kepada kebenaran.
Allah berfirman '' Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercantum (benih) yang akan Kami mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu Kami menjadikan dia mendengar dan melihat. (Al Insaan : 2) ''
Tujuan Alloh memberi kita mata dan telinga adalah untuk mencari dan mengenal pencipta kita yaitu Alloh SWT. Selain itu supaya kita sadar untuk berbakti dan menurut perintah-Nya. Firman-Nya '' Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah Aku. (Adz Dzaariyat : 56)
Kita mesti merasa bahwa diri kita adalah sebagai hamba dalam melaksanakan perintah suruhan dan larangan dari Alloh. Yang penting adalah rasa kehambaan. Ibadah yang sebenarnya adalah yang berasal dari rasa kehambaan. Kalau waktu beribadah itu kita tidak merasa hina dan tidak merasa hamba, tetapi merasa besar diri, sombong, marah, dengki, maka amalan lahir itu bukan lagi dinilai ibadah. Sama halnya dengan seorang kuli yang menghadap tuannya dengan rasa besar diri, dengan bertolak pinggang. Bukankah lebih baik bila ia tidak menghadap, sebab tentu akan menimbulkan kemarahan tuannya.
Hidup bukan untuk dunia tetapi hidup untuk Alloh dan untuk mencari bekal kembali ke Akhirat. Untuk tujuan itulah kita dikaruniakan Alloh pendengaran dan penglihatan. Gunakanlah keduanya sebaik mungkin sebagai alat untuk sampai kepada tujuan yang diridhoiNya.
Mari kita obati hati kita dengan menjaga pandangan dan pendengaran hanya kepada yang dapat mengingatkan kita kepada Allah, merasa takut padaNya dan untuk berbakti pada-Nya.
Langkah-langkah yang sebaiknya diambil di antaranya ialah :
1. Banyakkan membaca Al Quran dan terjemahannya, hadist dan kitab-kitab serta buku-buku agama termasuk majalah dan risalah yang berunsur dakwah. Dalam waktu yang sama, elakkan dari membaca buku buku khayalan, majalah hiburan dan berita-berita yang jauh dari kebenaran.
2. Selalu mengunjungi mesjid, tempat pengajian agama, majelis dakwah, tahlil dan dzikrulloh serta mengelak dari tempat-tempat maksiat, acara-acara yang liar (pergaulan bebas) dan keluar rumah tanpa tujuan, sebab di luar banyak pandangan dan pendengaran yang membawa kepada maksiat. Juga kita mengelak dari bergaul dengan kawan yang mengajak kita kepada maksiat.
3. Mendatangi orang-orang soleh, sebab dengan melihat mereka, dapat memberi Kekuatan.
4. Ingat mati, karena selalu mengingat mati akan melembutkan hati.
5. Elakkan dari menonton program TV yang tidak berfaedah. Sekali kita biarkan mata dan telinga kita memandang dan mendengar perkara yang dibenci oleh Alloh, maka selama itu kita biarkan nafsu menjadi raja di hati kita sehingga kita lalai dan tidak takut kepada penglihatan dan pengawasan Allah. Lebih baik kita tidur daripada menonton TV sampai larut malam. Hasilnya kita bisa bangun dengan segar untuk menyembah Alloh dan mendekatkan hati pada-Nya. Kalau hati kita merasa sama saja antara melihat maksiat atau tidak, itu tandanya hati kita sudah rusak dan jauh dari Alloh.
Itulah di antaranya langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjernihkan batin kita. Perlu diingat bahwa langkah langkah itu mesti diperjuangkan sungguh-sungguh dan terus menerus.
Kita jangan cepat jemu atau mudah terpengaruh dengan bujukan nafsu liar kita. Dan janganlah kita mengharap untuk memperoleh hasilnya dalam jangka waktu yang singkat. Sebab menurut pengalaman orang-orang yang telah menempuh jalan itu memperoleh hati yang bersih melalui mujahadah melawan hawa nafsu. Waktu yang akan kita tempuh, sesuai dengan waktu yang kita gunakan untuk maksiat. Sejak dalam perut ibu, kita sudah menerima makanan yang tidak jelas halalnya. Setelah lahir pun kita berada di tengah-tengah maksiat dan macam-macam kemungkaran. Hati kita sudah gelap pekat dengan karat-karat dosa yang kita lakukan secara sadar atau tidak. Jadi memang sudah selayaknya kalau kita korbankan umur kita yang akan datang untuk membersihkan hati nurani kita. Mudah mudahan di akhir umur kita, dapat kita rasakan kebersihan hati dan keselamatan dari mazmumah. Mudah-mudahan kita dapat menghadap Alloh membawa hati yang selamat.
Firman Alloh ''' Di hari itu (hari kita meninggal dunia) tidak berguna lagi harta dan anak kecuali mereka yang menghadap Alloh membawa hati yang selamat. (Asy Syuara’: 88-89)
Apabila ruh kita sudah bersih dan sudah kembali pada fitrahnya semula (sewaktu di alam ruh), maka kita akan merasakan bermacam-macam pengalaman batin yang luar biasa. Tapi hal itu juga tergantung kepada taraf kebersihan ruh yang dapat kitacapai. Ada dua peringkat ruh yang bersih yaitu :
1. Ruh yang terlalu bersih (orang yang Mukasyafah)
Biasanya dicapai oleh muqarrobin. Ruh itu dapat menembus hijab antara alam dunia dan malakut dan dapat melihat segala rahasia-rahasia batin manusia.
Hal-hal yang biasanya oleh orang biasa dilihat di alam mimpi maka mereka dapat melihatnya di waktu sadar. Contohnya : kalau ada seseorang yang sifat batinnya seperti anjing maka orang itu akan terlihat oleh mereka seperti anjing. Kalau orang biasa mendapat ilmu dengan belajar maka mereka memperolehilmu melalui ilham.
2. Ruh yang bersih
Tingkatan itu dapat dicapai oleh orang-orang soleh. Ruh mereka dapat mengesan rahasia-rahasia batin hanya melalui mimpi-mimpi yang benar dan rasa hati yang benar dan tepat dengan kehendak Allah. Mereka tidak dapat melihatnya secara nyata, sebab hijab pada diri mereka tidak terangkat semua. Alloh menceritakan hal itu dalam hadist Qudsi, firman-Nya ''' Barang siapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang setia pada-Ku) maka Aku mengisytiharkan perang terhadapnya. Dan tiada amal seorang hamba-Ku yang bertakwa (yang beramal) pada-Ku yang lebih Kucintai daripada dia menunaikan semua yang Kufardhukan ke atasnya. Dan hambaKu yang senantiasa bertaqarrub kepadaKu dengan nawafil (ibadah sukarela) sehingga Aku mencintainya, maka jadilah Aku seolah-olah sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya dan sebagai penglihatannya yang ia melihat dengannya dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya.
Dan andaikata ia memohon pasti akan Kuberi padanya. Dan andaikata ia berlindung kepada-Ku pasti akan Kulindungi.
Rasulullah SAW bersabda ''' Takutilah olehmu firasat pandangan tembus orang-orang Mukmin karena ia memandang dengan cahaya Alloh. (Riwayat At Tarmizi)

Pesan untuk kekasih halal

sayangku.....
Aku sangat bersyukur kepada Allah atas pernikahan ini, atas dipilihnya engkau sebagai pendampingku atas dipilihnya engkausebagai kekasihku. Aku juga bersyukur bahwa Allah telah mempertemukan aku denganmu untuk menjalani sisa kehidupanini bersamamu.

Adindaku sayang,
Aku adalah orang asing bagimu, dan engkau adalah orang asing bagiku. Kalau bukan karena mengharap ridha Allah atas pernikahan ini, tentu engkau akan memilih orang dekat yg engkau ketahui latar belakangnya, tapi karena engkau memilih Allah sebagai pelindungmu atas segala bahaya yg akan datang padamu, atas segala nikmat yg akan tercurah kepadamu maka engkau memilih aku sebagai suamimu meskipun aku sangat asing bagimu. Maka dengan itu pula akupun berdoa kepada Allahsemoga engkau selamat dari bahaya yg timbul karena menikah denganku dan semoga rahmat Allah dapat tercurah kepadamu melalui pernikahan ini.

Adinda sayangku.
Aku bukanlah manusia sempurna yang terbebas dari salah. Aku hanyalah seorang hamba yg ingin menyempurnakan separuh agama, melaksanakan sunnah nabi seperti para sahabatku lainnya. Aku hanyalah seorang pengembara yang baru saja menemukan pulau tambatan hati, setelah sekian lama terombang-ambin g dalam gelombang kebingungan dan kebimbangan, hingga Allah menurunkan rizkinya kepadaku berupa dirimu, sebagai tempat pelipur lara, sebagai tempat berkasih sayang, sebagai tempat berkeluh kesah, sebagai tongkat penunjuk jalan, sebagai pelita dalam kegelapan, sebagai embun dikala dahaga, sebagai tempat berteduh dikala panas, sebagai selimut dikala dingin, sebagai peredam duka dikala emosi, sebagai tempat berpangku mesra dikala gundah gulana dan sebagai tempat mengadu dikala ragu dan buntu.

Adindaku,
Aku menyadari siapa diriku, maka aku tak ingin meminta lebih kepadamu, aku tak ingin engkau secantik Zulaikha,atau secerdasAisyah, atau sezuhud Khadijah atau semulia Maryam. Aku juga tak ingin engkau sesolehah Asiah tetapi bersuamikan firaun. Akuhanya ingin engkau seperti apa adanya, yg menangis dikala sedih, yg marah dikala terluka dan tersenyum dikala bahagia. Aku tidak menginginkan engkau sesempurna istri sang nabi, sebab aku sadar bahwa aku pun tidak sesempurna beliau. Yang aku inginkan adalah bahwa kita saling menjaga agar bisa meneladani sikap mereka.

Adindaku…
Jika engkau mengharap harta dariku, ketahuilah aku hanyalah seorang pemuda biasa, yg penghasilannya dapat engkau lihat sendiri. Aku juga bukan pengusaha yg mungkin bisa mewujudkansemua impianmu dengan uang mereka. Tapi jika engkau berpendapat bahwa harta dapat membawa kita kepada syurga, atau kefakiran bisa membawa kepada kekufuran, aku setuju dengan mu. Tapi aku bukanlah Abdurrahman bin auf, atau Abu bakar shiddiq atau ustman bin affan, yg dengan hartanya bisa membawa mereka ke pintu syurga. Aku mungkin hanya bisa menjadi Abudzar al giffari, yg hidup dalam kesendirian dan mati dalam kesendirian. Hanya iman yg ia bawa dan istri yg setia yg menemani pada saat-saat terakhirnya.

Adinda ku..
Justru dengan keberkahan yg insya Allah hadir bersamamu, kita bisa bersama-sama mengumpulkan harta sebagai bekal untuk akhirat kita. Justru dengan pernikahan ini semoga Allah membukakan pintu-pintu rezeki dari arah yg kita tidak sangka-sangka.

Adindaku sayang..
Saat mengetahui engkau menerima khitbahku. Aku menangis terharu, bumi yang ku pijak seakan bergoyang. Aku tak kuasa menahan rasa bahagia saat itu, saat engkau menyetujui lamaranku. Penantian panjang dan melelahkan yg menghabiskan hampir separuh nafas para pemuda dan pemudi, yg membuat mereka terbangun dikala malam, mengadukan nasibnya pada illahi rabbi, menangis disela-sela rintihan dan doa seraya bertanya kapan masa itu akan hadir menjemput mereka.
Masa-masa yg menggetarkan jiwa, menyenangkan hati dan membuat orang normal seperti orang kekurang akal, masa yang hakikatnya seperti berjalan diatas titian besi panas hingga mampu menjerumuskan mereka yg tidak sabar akan datangnya masa bahagia itu. Adindaku, tibanya masa itu merupakan rahmat yg tiada tara bagi para hamba yang bersyukur, yang menyadari bahwa pernikahan itu adalah sebuah perjuangan danbukanlah sebuah permainan.

Adindaku…
Jika engkau mengharapkan ketampanan, kesempurnaan fisik dan penampilan, ketahuilah aku hanyalah seorang manusia biasa, yg lahir dari benih ayah dan ibuku, yang rupa dan bentuk fisiknya tak bisa aku inginkan sesuai mauku. Aku hanya menerima takdir tuhan, beginilah diriku adanya. Aku tidak setampan nabi Yusuf, tidak segagah nabi Daud, tidak sekuat Umar bin khatab, tidak sehalus Usman bin affan, tidak sepintar Ali bin abi thalib, dan aku juga tidak sesabar Abu bakar shiddiq. Jika engkau menginginkan semua sifat itu ada padaku, maka akuberlindung kepada Allah, atas kelemahan diriku. Tapi jika engkau mendoakan aku memiliki salah satu saja sifat mulia mereka, maka aku bersyukur kepada Allah atas doamu itu dan juga atas berlipatnya rizkiku karena menikah dengan manusia pemilik doa sepertimu.

Adindaku,
Aku dan engkau akan tahu, kita akan menghadapi masa-masa yang akan datang bersama-sama, masa yang kadang indah untuk dikenang, atau pahit untuk diingat. Semua tergantung seberapa besar hati ini mau melapangkan jalan untuk menerimaapapun kondisi itu. Sayangku, Jika salah satu sudut hatimu pada saat ini sudah terisi untukku, maka sudut-sudut yang lain isilah dengan rabb pencipta alam semesta.
Jangan kau isi semua sudut hatimu dengan diriku atau dengan yanglain kecuali Tuhan mu, sebab aku tidak akan sanggup menjaga mu bahkan menjaga hatimu, hanya Allah lah yang bisa menjagamu, menjaga hati dan jiwamu, menjaga fisik dan ragamu. Kamu mungkin bisa melupakan aku jika aku berbuat kesalahan, kamu bisa saja membuang sudut hati tempatku berpijak dan mengganti dengan orang lain yang sesuai dengan keinginanmu, tapi engkau tidak akan bisa melupakan rabb pemilik hatimu. Dan aku lebih nyaman jika hatimu dikuasai oleh pemilik alam semesta, ketimbang dikuasai oleh aku atau apapunitu.

Adindaku,
Insya Allah kita akan menjalani tahap-tahap usia pernikahan kita,
Pada tahun pertama perkawinan kita, kuharap engkau mau lebihbersabar, mau memahami lebih dalam perbedaan-perbe daan antara kita, sebab kita adalah dua orang asing yang harus mengayuh perahu bersama, jika kita tidak bisa bekerja sama, aku khawatir perahu ini tenggelam ketika baru saja kita meninggalkan pantai.
Pada tahun kedua hingga tahun kelima, kuharap engkau sudah mengerti tentang diriku, tentang sifat dan tingkah lakuku. Saat itu mungkin anak pertama kita akan lahir dan tanggung jawab kita sebagai orangtua baru dimulai.

Aku berpesan kepadamu,
Kemuliaanmu sebagai seorang ibu baru saja dimulai, jika engkaumerasa capek dan lelah janganlah sungkan-sungkan untuk meminta tolong kepadaku. Meski aku tahu pada saat itu mungkinkehidupan kita masih prihatin. Tapi aku yakin anak-anak kita yang masih lucu akan mampu menghapus semua duka lara, letihdan lelah serta rasa capek dan lelah karena tugas kita. Tugasmusebagai madrasah yang memberi pendidikan agama dan nilai luhur para orang saleh pendahulu kita, dan tugasku membantumu membumikan pendidikan itu.
Pada tahun kelima hingga kesepuluh, mungkin kita akan didera oleh kondisi keuangan karena saat itu kebutuhan kita akan meningkat, anak-anak beranjak ke sekolah dan kebutuhan rumah tangga akan meningkat. Aku memohon kepadamu, bantu aku dengan doa-doamu, dengan dhuha dan tahajudmu dengan zikir dan shodaqohmu, semoga masa-masa sulit segera pergi hingga Allah memenuhi janjinya kepada kita.
Pada tahun kesepuluh hingga keduapuluh, mungkin Allah telah mengalirkan rezeki yang deras kepada kita, kehidupan mulai mapan, kesejahteraan mulai datang, dan anak-anak mulai dewasa. Aku memohon kepadamu, bantu aku menguatkan batin dan jiwaku agar aku tidak terperosok kedalam jurang kenistaan, karena godaan dunia berupa harta tahta dan wanita. Sadarkan aku tentang umur dan usiaku yang mulai menua juga temperamenku yang mulai meninggi dimakan usia. Bantu aku bersahabat dengan anak-anak kita, berikan mereka pengertian tentang arti kehidupan sesungguhnya, karena sebentar lagi mereka akan memilih jalannya masing-masing.
Pada tahun ketigapuluh dan sesudahnya, aku tak tahu apakah kita akan sampai disitu, yang jelas kita akan kembali berdua, anak-anak lelaki kita akan pergi dan anak perempuan akan mengikuti suaminya. Kita hanyalah sepasang manusia renta yang tak bisa melawan takdirnya. Kuingin saat itu, hari-hari kita hanya dipenuhi zikir dan tasbih, dipenuhi munajat dan doa, seraya menunggu utusan Tuhan datang menjemput.
Aku ingin engkau dan aku tetap menjadi pasangan didunia dan akhirat, jadi kumohon kita saling menjaga, saling memberi peringatan dan tausiah agar tujuan pernikahan ini sesuai dengan yang kita harapkan. Terakhir aku ingin kado ku ini menjadi prasasti cinta kita, yang tertanam jauh dilubuk hati, sehingga jika terjadi goncangan, kita selalu kembali ke komitmen awal pernikahan.

Perjalanan Yang Hakiki

KEPANTASAN YANG HAKIKI ADALAH ENGKAU LIPATKAN JARAK DUNIA DARI KAMU SEHINGGA ENGKAU MELIHAT AKHIRAT LEBIH DEKAT KEPADA KAMU DARI DIRI KAMU SENDIRI.
Kepantasan perjalanan yang dimaksudkan oleh Hikmat 97 ini bukanlah kepantasan perjalanan tubuh badan. Memang ada orang yang boleh bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain di atas muka bumi ini dalam sekelip mata sahaja. Perjalanan yang demikian dipanggil ‘terlipatnya bumi.’ Kebanyakan orang cenderung untuk memiliki ilmu melipat bumi ini kerana menyangka kebolehan yang demikian menjadi tanda kewalian seseorang. Perlu diingatkan bahawa kebolehan yang demikian dimiliki juga oleh iblis sedangkan iblis adalah musuh Tuhan, bukan wali-Nya. Jika berpegang kepada Sunah Rasulullah s.a.w keramat zahir tidak dipentingkan. Rasulullah s.a.w sendiri sewaktu berhijrah dari Makkah ke Madinah menggunakan kelajuan manusia biasa, tidak kepantasan lipat bumi, padahal Rasulullah s.a.w adalah manusia yang paling keramat, ketua sekalian wali. Rasulullah s.a.w menggunakan jalan cermat, perlahan dan sukar, sesuai dengan sifat semula jadi manusia. Perbuatan Rasulullah s.a.w menunjukkan bahawa kesabaran menghadapi perjalanan yang sukar itulah yang sebenarnya kekeramatan, bukan perjalanan sepantas kilat.
 Kepantasan hakiki yang mampu melipat jarak dunia bukanlah kepantasan tubuh badan bergerak dalam dunia. Ia adalah perjalanan kerohanian ketika bertemu sesuatu dan menghadapi sebarang kejadian. Ke manakah kerohaniannya pergi ketika itu? Orang yang memperturutkan pandangan nafsunya, tempat jatuhnya adalah zahirnya alam dan sebab musabab. Tetapi, orang yang melihat dengan pandangan hatinya akan melihat kepada batinnya alam. Dia melihat ketuhanan dalam segala sesuatu. Sebaik sahaja dia berhadapan dengan sesuatu perkara serta-merta pandangan hatinya tertuju kepada Allah s.w.t yang menerbitkan segala perkara, hinggakan tidak sempat memerhatikan benda-benda alam dan hukum sebab musabab.
 Pandangan hati yang segera memerhatikan Allah s.w.t dalam segala perkara itu dinamakan kepantasan hakiki. Tipu daya dunia tidak sempat menyambar perhatian hatinya. Ego dirinya juga tidak sempat bertunas. Perhatiannya tertuju kepada keabadian, tidak kepada dunia dan dirinya yang bersifat sementara. Kurniaan Allah s.w.t yang menyelamatkan hamba-Nya dari tarikan dunia dan ego dirinya adalah kekeramatan yang sebenar. Rohaninya mempunyai kepantasan hakiki untuk melepasi ruang dunia dalam sekelip mata lalu menyaksikan keabadian, hingga terasalah olehnya akhirat yang kekal abadi itu lebih hampir dengan dirinya sendiri. Beginilah keadaan orang arifbillah.

Kemuliaan Yang kekal Abadi

JIKA ENGKAU BERKEHENDAKKAN KEMULIAAN YANG ABADI JANGANLAH ENGKAU MENCARI KEMULIAAN YANG SEMENTARA.
Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai-bagai cara. Mereka mencarinya melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada yang mencarinya melalui ilmu dan amal. Ada yang mencarinya melalui wajah yang cantik dan suara yang merdu. Ada pula mencarinya melalui tindakan yang mencabar seperti terjun dari tempat yang tinggi. Semua kemuliaan yang diperolehi dengan cara demikian bersifat sementara. Bila orang yang berkenaan berpisah daripada alat yang menjadikannya mulia maka hilang juga kemuliaan yang dimilikinya. Semua kemuliaan tersebut adalah fatamorgana. Orang yang berpangkat, berkuasa dan berharta akan tidak berasa mulia lagi bila berhadapan dengan orang yang tinggi pangkatnya, lebih besar kuasanya dan lebih banyak hartanya. Orang yang dimuliakan kerana kecantikannya tidak dimuliakan lagi apabila wajahnya sudah berkedut. Orang yang dimuliakan kerana kemerduan suaranya tidak dimuliakan lagi bila ada orang lain yang lebih merdu suaranya. Orang yang dimuliakan kerana berani terjun dari tempat yang tinggi tidak dimuliakan lagi bila ada orang lain yang lebih berani terjun dari tempat yang lebih tinggi.
 Orang yang memiliki kemuliaan yang bersifat sementara itu tidak dapat merasakan kedamaian kerana bimbangkan kemuliaannya akan dicabar oleh orang lain. Orang yang dimuliakan kerana ilmu juga bimbang takut-takut ada orang lain yang lebih berilmu akan mengambil alih kedudukannya. Orang yang dimuliakan kerana kekuatan amal kebaikannya masih juga bimbang takut-takut orang ramai mendapat tahu akan keburukannya yang lalu atau yang tersembunyi. Semua kemuliaan tersebut akan berakhir apabila manusia mengalami kematian. Jasadnya disemadikan di dalam tanah dan kemuliaannya ditinggalkan di atas kuburnya.
 Jika diperhatikan benar-benar didapati bahawa apa yang dikatakan kemuliaan bukanlah apa yang dimiliki dan bukan apa yang diletakkan oleh orang lain kepada seseorang itu. Kemuliaan dan kemegahan adalah perasaan yang timbul di dalam hati. Ada orang yang kuasanya tidak seberapa tetapi sudah merasakan sangat mulia. Ada orang yang hanya menjadi pemandu raja tetapi sudah berasa mulia seperti raja. Ada orang yang namanya disebutkan oleh pembesar negeri di hadapan khalayak ramai, pun sudah merasakan dirinya mulia.
 Kalam Hikmat yang lalu telah memberi gambaran tentang aspek zahir serta aspek batin. Alam dalam aspek zahirnya adalah tipu daya. Kemuliaan dan kemegahan yang dibina di atas tapak zahir alam juga bersifat tipu daya, bukan asli dan sama sekali tidak kekal. Kemuliaan dan kemegahan yang demikian hanyalah sangkaan.

Tidaklah patut  mereka (orang-orang munafik) mencari kekuatan dan kemuliaan di sisi orang-orang kafir itu, kerana sesungguhnya kekuatan dan kemuliaan itu ialah milik Allah, (diberikan-Nya kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya). ( Ayat 139 : Surah an-Nisaa’ )
 Hanya Allah s.w.t yang memiliki kemuliaan. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat mengwujudkan kemuliaan. Apa yang dicipta oleh makhluk hanyalah gambaran yang menurut sangkaan. Kemuliaan sejati hanya boleh didapati dari Allah s.w.t. Jalannya adalah dengan mengambil perhatian kepada aspek batin yang bersangkutan dengan ketuhanan. Hamba Allah s.w.t yang tidak tertipu oleh zahirnya alam akan terus berpegang pada aspek batinnya yang memberi peringatan dan petunjuk. Mereka bersabar dalam menempuh gelombang takdir Ilahi sehingga mereka terdampar di pantai keredaan Ilahi.
 Di sana dipakaikan kepada mereka pakaian kemuliaan iaitu tauhid yang benar. Tauhidlah kemuliaan yang sejati dan abadi. Tauhid mengajarkan hanya Allah s.w.t Yang Maha Esa, Maha Mulia, tidak yang lain. Apabila hati seseorang sudah dipenuhi oleh tauhid maka ia dipenuhi oleh kemuliaan. Kemuliaan yang dipancarkan oleh tauhid tidak akan rosak binasa. Perpisahan daripada benda-benda alam, pendapat orang lain dan apa sahaja tidak sedikit pun menjejaskan hati yang bertauhid. Hati yang sudah penuh dengan kemuliaan Allah s.w.t tidak lagi menghiraukan penghinaan makhluk. Ia tidak berakhir dengan kematian kerana Allah s.w.t tidak binasa dan kemuliaan-Nya juga tidak binasa. Ia tetap mulia di dalam kuburnya, mulia ketika dibangkitkan dari kuburnya dan lebih mulia lagi di akhirat yang kekal abadi.

Alam Pada Zahirnya Dan Batinnya

ALAM INI PADA ZAHIRNYA ADALAH TIPUAN DAN BATINNYA ADALAH PERINGATAN. NAFSU MEMANDANG KEPADA ZAHIRNYA YANG MENIPU DAYA, SEMENTARA HATI PULA MEMANDANG KEPADA BATINNYA YANG MEMBERI PERINGATAN.
Alam maya ini boleh dilihat melalui dua aspek, iaitu aspek zahir dan aspek batin. Aspek zahir memperlihatkan satu keadaan sementara aspek batin pula memperlihatkan keadaan yang lain. Bagi memudahkan pemahaman alam boleh dibahagikan kepada dua bahagian, iaitu alam rendah yang dikenali sebagai dunia dan alam tinggi yang dikenali sebagai alam malaikat (alam malakut). Alam dunia adalah tempat kediaman manusia dan juga musuh manusia iaitu syaitan. Manusia menjadi permata bagi dunia. Dunia ini diciptakan khas untuk ditempatkan manusia buat melaksanakan hukum ketentuan Allah s.w.t pada azali. Manusia dijadikan khalifah atau penguasa yang bertanggungjawab menjalankan perundangan Tuhan yang telah siap digubal dan dibentangkan. Dalam melaksanakan tugasnya manusia tidak dibiarkan dalam kebingungan. Tuhan sentiasa menghantarkan ayat-ayat-Nya, tanda-tanda dan petunjuk sebagai penyuluh jalan bagi manusia selaku pelaksana hukum Tuhan. Ayat-ayat, tanda-tanda dan petunjuk yang disampaikan kepada manusia adalah bersesuaian dengan sifat manusia dan alam dunia yang mereka diami. Utusan Allah s.w.t yang menyampaikan ayat-ayat, tanda-tanda dan petunjuk kepada manusia dipilih dari kalangan manusia sendiri dan bertutur dalam bahasa manusia. Manusia mendengar para Rasul membacakan ayat-ayat Allah s.w.t dalam bahasa yang mereka fahami. Rasul-rasul pada zahirnya bersifat sebagai manusia tetapi pada batinnya adalah juru-bicara Allah s.w.t, menyampaikan apa yang Allah s.w.t mahu sampaikan. Bahasa yang digunakan pada zahirnya adalah bahasa manusia tetapi pada batinnya adalah Kalam Allah s.w.t.
 Dalam melaksanakan tugas membawa risalat, Rasul-rasul diperkuatkan dengan mukjizat. Mukjizat tersebut pada zahirnya merupakan perubahan yang luar biasa terjadi pada anasir alam, tetapi pada batinnya adalah pertunjukan kekuasaan Tuhan. Dalam kehidupan harian manusia melihat berbagai-bagai kejadian seperti curahan air hujan, tiupan angin, alunan ombak dan lain-lain. Mereka melihat kejadian alam pada zahirnya tetapi pada batinnya adalah perjalanan peraturan Allah s.w.t. Manusia juga pada zahirnya mengalami berbagai-bagai peristiwa tetapi pada batinnya adalah takdir Ilahi. Jadi, seluruh aspek kehidupan dalam alam dunia ini merangkumi aspek zahir dan aspek batin.
 Aspek zahir memperlihatkan benda-benda alam dan aspek batin menyatakan hubung-kait segala sesuatu dengan Tuhan. Jika pandangan hanya tertuju kepada aspek zahir maka hanya benda-benda alam dan peristiwa yang kelihatan, tidak ada kenyataan tentang Tuhan. Pandangan yang hanya memperlihatkan alam akan mengwujudkan sikap bebas merdeka, tidak berasa bergantung kepada Tuhan, tidak berasa malu melakukan maksiat jika tidak dilihat oleh sesama manusia walaupun Tuhan melihatnya. Orang yang memiliki pandangan begini adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya yang sentiasa gelojoh dan berselera dengan benda-benda alam. Pandangan yang seperti ini menjemput syaitan supaya ikut sama memperindahkan benda-benda yang digemari oleh hawa nafsu itu. Pandangan nafsu yang membelakangi Tuhan akan dibungkus oleh pandangan syaitan. Allah s.w.t berfirman:

Dengan yang demikian, bagaimana fikiranmu (wahai Muhammad) terhadap orang yang menjadikan hawa nafsunya: tuhan yang dipatuhinya, dan ia pula disesatkan oleh Allah kerana diketahui-Nya (bahawa ia tetap kufur ingkar), dan dimeteraikan pula atas pendengarannya dan hatinya, serta diadakan lapisan penutup atas penglihatannya? Maka siapakah lagi yang dapat memberi hidayah petunjuk kepadanya sesudah Allah (menjadikan dia berkeadaan demikian)? Oleh itu, mengapa kamu (wahai orang-orang yang ingkar) tidak mahu beringat dan insaf? ( Ayat 23 : Surah Jaathiyah )
Orang yang pandangan nafsunya dibungkus oleh pandangan syaitan akan mengalami keadaan yang lebih berat.

(Dengan sebab keingkaran mereka), Allah meteraikan atas hati mereka serta pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada pentutupnya; dan bagi mereka pula disediakan azab seksa yang amat besar. ( Ayat 7 : Surah al-Baqarah )
Kesudahannya mereka sampai kepada keadaan:

(Orang-orang yang melakukan perkara-perkara tersebut) merekalah yang dilaknat oleh Allah serta ditulikan pendengaran mereka, dan dibutakan penglihatannya. (Setelah diterangkan yang demikian) maka adakah mereka sengaja tidak berusaha memahami serta memikirkan isi Al-Quran? Atau telah ada di atas hati mereka kunci penutup (yang menghalangnya daripada menerima ajaran Al-Quran)? ( Ayat 23 & 24 : Surah Muhammad )
 Pendengarannya tidak dapat lagi mendengar kebenaran dan penglihatannya tidak dapat lagi melihat kebenaran. Inilah keadaan orang yang dilaknat oleh Allah s.w.t. Allah s.w.t telah melaknatkan seorang hamba-Nya, maka berubah sifat hamba itu dari orang salih menjadi iblis dan gugurlah segala amalan yang pernah dikerjakannya. Jika Allah s.w.t melaknatkan seseorang bani Adam maka dia akan menjadi syaitan berbangsa manusia. Manusia syaitan akan mendorong manusia lain supaya mengikutnya pergi ke neraka. Supaya terselamat dari keadaan tersebut Rasulullah s.a.w menasihatkan dengan peringatan:

Sesungguhnya di dalam jasad anak Adam itu ada seketul daging. Jika baik ia nescaya baiklah semua anggotanya. Bila jahat ia nescaya jahatlah seluruh anggotanya. Ketahuilah, itulah kalbu (hati). ( Maksud Hadis )
Allah s.w.t berfirman:

Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih – bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih – itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat). ( Ayat 9 – 10 : Surah asy-Syams )
Penyucian hati adalah penyelamat manusia dari tertipu oleh benda-benda alam dan kejadian yang zahir. Hati yang suci bersih dapat melihat terus ke dalam batin bagi setiap yang zahir. Bila dia mendengar bacaan ayat-ayat Quran hatinya mendengar ucapan Kalam Allah s.w.t. Bila dia melihat sesuatu peristiwa terjadi, hatinya melihat perjalanan takdir Allah s.w.t. Bila dia melihat sesuatu kegemparan hatinya melihat kekuasaan Allah s.w.t. Apa juga yang zahir yang dilihatnya akan membuat hatinya melihat manifestasi ketuhanan padanya. Tiada sesuatu yang terlepas daripada ikatan ketuhanan (Ilahi).
 Pandangan terhadap ketuhanan bukan setakat alam dunia, malah rohaninya mencapai alam malakut dengan mata hatinya tetap tidak berganjak dari melihat kepada ketuhanan. Hatinya melihat bahawa malaikat tidak mempunyai kuasa walau sebesar zarah pun untuk berbuat sekehendaknya. Semuanya tunduk dan patuh kepada Allah s.w.t. Walaupun sekalian malaikat berkumpul untuk menolongnya dia tetap melihat bahawa Penolong sebenar adalah Allah s.w.t, Tuhan sekalian alam. Begitulah pandangan mata hati yang tidak dilindungi oleh yang zahir untuk dia melihat kepada yang batin.

Hikmat Pada Pemberian Dan Penolakan

ADAKALANYA KAMU MENERIMA PEMBERIAN YANG PADA HAKIKATNYA ADALAH PENOLAKAN DAN ADA KALANYA KAMU DITOLAK TETAPI PADA HAKIKATNYA KAMU DIBERI.

JIKA DIBUKA KEPADA KAMU PINTU KEFAHAMAN TENTANG PENOLAKAN NESCAYA BERUBAH PENOLAKAN MENJADI PEMBERIAN.
Sesuatu yang kuat menghalang perjalanan kerohanian seseorang murid adalah kehendak diri sendiri. Dia berkehendakkan sesuatu yang menurut hematnya akan membawa kebaikan kepada dirinya. Kehendak atau hajat keperluannya itu mungkin menyentuh tentang dunia, akhirat atau hubungan dengan Allah s.w.t. Jika hajatnya tercapai dia merasakan yang dia menerima kurniaan Allah s.w.t. Jika hajatnya tidak diperkenankan dia akan merasakan dia menerima penolakan Allah s.w.t dan dijauhkan. Orang yang berada pada peringkat ini selalu mengaitkan makbul permintaan atau doa dengan kemuliaan di sisi Allah s.w.t. Jika Allah s.w.t mengabulkan permintaannya dia merasakan itu adalah tanda dia hampir dengan-Nya. Jika permintaannya ditolak dia merasakan itu tandanya dia dijauhkan. Anggapan begini sebenarnya tidak tepat. Tidak semua penerimaan doa menunjukkan pendekatan dan tidak semua penolakan menunjukkan dijauhkan. Bagi orang yang masih dalam perjalanan dia tidak seharusnya membesarkan hajat keperluannya. Dia perlu menghancurkan nafsu dan keinginan dirinya supaya dia dapat masuk ke dalam suasana berserah diri kepada Allah s.w.t. Kehendak dan hajat menghalangnya dari berserah diri kepada Allah s.w.t. Pemberian yang sesuai dengan hajat dan permintaannya menambahkan kekuatan halangan tersebut. Keadaan ini menambahkan lagi hijab antaranya dengan Allah s.w.t. Dalam segi ini, pemberian yang diterimanya walaupun mempunyai manfaat tetapi sebenarnya merupakan kerugian kerana tertutup jalan menuju Allah s.w.t. Jadi, pemberian itu merupakan penolakan yang tidak disedarinya.
 Orang yang hajatnya ditolak akan mengalami keadaan yang berbeza daripada orang yang hajatnya dimakbulkan. Orang yang mempunyai keinginan terhadap sesuatu mempunyai hubungan hati dengan apa yang diingini itu. Hatinya cenderung atau kasih kepadanya. Jika keinginannya sangat kuat dan tidak dapat dikawalnya, dia akan sanggup berkorban apa sahaja untuk mendapatkan apa yang diingininya itu. Jika dia bermohon kepada Tuhan maka dia akan meminta dengan bersungguh-sungguh. Harapannya bulat tertuju kepada Allah s.w.t. Sekiranya dia mampu tentu dipaksanya Allah s.w.t agar memberi apa yang dia hajati itu. Apa akan terjadi sekiranya Allah s.w.t menolak permintaannya dan membiarkan harapannya itu musnah? Dia akan menghadapi perpisahan dengan apa yang dia ingini itu. Pada mulanya dia akan merasakan beban yang sangat berat menghimpit jiwanya, tetapi kemudiannya dia mendapat tenaga untuk bertahan. Dia dapat bersabar menghadapi penolakan tersebut. Akhirnya dia berputus asa terhadap apa yang pernah diingininya. Dia menjadi reda dengan penolakan yang diterimanya. Bila dia reda dengan lakuan Allah s.w.t, dia akan dibawa kepada keredaan Allah s.w.t. Semua orang mahukan keredaan Allah s.w.t, tetapi sedikit sekali yang reda dengan Allah s.w.t. Bagaimana kita boleh memperolehi keredaan-Nya jika kita tidak reda dengan lakuan-Nya? Hamba yang menerima penolakan Allah s.w.t, kemudian dibawa kepada reda dengan lakuan-Nya, dibayar dengan keredaan-Nya. Bukankah ini jauh lebih baik dari apa yang dia inginkan dahulu? Jadi, penolakan yang pada mulanya dirasakan pahit sebenarnya merupakan kurniaan yang sangat besar.
 Seseorang yang telah mencapai darjat yang tinggi dalam bidang kerohanian akan selalu ditolak permintaannya, sehingga dia benar-benar memperolehi keteguhan. Penolakan itu adalah sebagai mendidik rohaninya agar terus tegak dalam ubudiyah yang kuat, tidak menjadi terlalu yakin dengan diri sendiri yang boleh menyebabkan kurang pergantungan kepada Allah s.w.t. Penolakan membuatnya mengerti betapa lemahnya dirinya dan betapa dia berhajat kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t memperkenalkan bahawa Dia yang terkaya dari sekalian makhluk dan sekalian makhluk tidak lepas dari bergantung kepada-Nya.
Hamba yang dibuka pintu pemahaman tentang penolakan tidak berasa cemas atau curiga menghadapi penolakan tersebut. Sebaliknya dia akan terus berserah diri kepada Allah s.w.t dan membuang tuntutan memilih. Dia tahu bahawa keinginan yang datang ke dalam hatinya adalah ujian Allah s.w.t. Jika Allah s.w.t tidak memenuhi hajatnya, dia tahu Allah s.w.t menambahkan beban ujian tersebut. Allah s.w.t yang mendatangkan ujian maka Dia jua yang mendatangkan kesabaran kepada hamba-Nya untuk menanggung beban ujian tersebut. Allah s.w.t yang menolak permintaan hamba-Nya Dia juga yang menjadikan si hamba itu reda dengan penolakan tersebut. Penolakan mendatangkan dua nikmat kepada seseorang hamba iaitu nikmat sabar dan reda. Kedua-dua nikmat ini jauh lebih berharga dan berguna dari apa yang diingini oleh hatinya. Sabar dan reda menjadi pintu kepada berbagai-bagai nikmat yang lain yang besar-besar, sehingga si hamba tidak terkilan langsung lantaran menerima penolakan pada mulanya.

Qabadh Dan Basath

DILAPANGKAN KAMU (DIBERI KEGEMBIRAAN) SUPAYA KAMU TIDAK DITINGGALKAN DALAM KETAKUTAN. DIBERIKAN RASA TAKUT DAN GERUN SUPAYA KAMU TIDAK DITINGGALKAN DALAM KESUKAAN. DIBEBASKAN KAMU DARI KEDUA-DUANYA SUPAYA KAMU TIDAK DITARIK OLEH SESUATU SELAIN DIA (ALLAH S.W.T).

ORANG ARIF, APABILA DIBERIKAN NIKMAT KELAPANGAN ATAU KEGEMBIRAAN AKAN LEBIH BERASA TAKUT DARIPADA APABILA DIBERI  NIKMAT YANG MERUPAKAN KESEMPITAN DAN KETAKUTAN, KERANA TIDAK DAPAT TEGAK DI ATAS BATAS-BATAS KESOPANAN DALAM KEADAAN KESENANGAN KECUALI SEDIKIT.
KELAPANGAN DAN RIA HATI MEMPUNYAI RUANG UNTUK NAFSU MENGAMBIL KESEMPATAN DARIPADA KEGEMBIRAAN ITU DAN PADA TAKUT DAN GERUN TIDAK ADA KESEMPATAN UNTUK NAFSU MENCELAH.
Qabadh adalah perasaan yang timbul dalam hati apabila hati berhadapan dengan sifat keagungan Allah s.w.t. Hati dapat merasai keperkasaan-Nya. Bila hati melihat keperkasaan Allah s.w.t dan mengakui kelemahan dirinya, maka lahirlah perasan takut, gerun, kecut dan berbagai-bagai perasaan yang seumpamanya sehingga seolah-olah berkecai sekalian tulang belulangnya, luruh segala dagingnya dan dia merasai kelemahan yang amat sangat di samping Yang Maha Perkasa, Maha Agung dan Maha Keras. Basath pula adalah perasaan yang timbul apabila hati berhadapan dengan sifat keindahan Allah s.w.t. Hati melihat Allah s.w.t Yang Maha Indah, Maha Lemah-lembut, Maha Pemurah, Maha Pengampun dan seumpamanya, lalu terasalah pada hati akan kelazatan, kenikmatan, kesenangan, keselesaan, kesejahteraan dan seumpamanya yang tidak terperi.
 Orang yang menerima nikmat dalam bentuk qabadh akan menjadi tidak bermaya, seakan-akan lumpuh. Apa yang dialami oleh hati berbekas pada anggota zahir. Tubuh badan turut merasakan qabadh. Jika seseorang dikuasai oleh qabadh dalam tempuh yang lama, mungkin tubuhnya tidak dapat bertahan dan dia mungkin akan mati lantaran takutkan Allah s.w.t. Allah s.w.t mendatangkan qabadh sebagai memperkenalkan keperkasaan-Nya bukan untuk membinasakan hamba-Nya. Oleh sebab itu Dia tidak membiarkan hamba-Nya binasa dalam qabadh, maka didatangkan-Nya pula basath, iaitu kegembiraan yang amat sangat. Hati yang dipenuhi oleh basath akan merasai keriangan yang tidak terucapkan dan dia menjadi seumpama orang yang mabuk dalam kelazatan
 Pengalaman qabadh membuat seseorang mengetahui betapa hebatnya tuntutan Allah s.w.t jika ditegakkan keadilan dan keperkasaan-Nya. Tidak ada dosa yang terlepas daripada perkiraan dan hukuman-Nya. Pengalaman basath pula memperlihatkan kemurahan Allah s.w.t. Walaupun hamba-Nya menghadap-Nya dengan membawa dosa sebanyak buih di lautan namun, Dia bersedia mengampunkannya. Pengalaman yang berganti-ganti antara qabadh dan basath menambahkan makrifat seseorang.
Qabadh dan basath adalah dua hal yang bertentangan. Apabila seseorang hamba dimasukkan ke dalam darjat pilihan, mata hatinya tidak lagi melihat kepada pertentangan tersebut, sebaliknya terus tertuju kepada Allah s.w.t yang menjadikan pertentangan sebagai bukti kebijaksanaan-Nya. Pertentangan hanya wujud jika dilihat secara berasingan, seperti melihat tangan kanan dengan tangan kiri. Jika kedua-duanya dilihat sebagai kesatuan, iaitu tangan kanan dan tangan kiri itu dibawa bertemu, maka kedua-duanya itu bertemu dengan sempurna, tiada lagi perlawanan. Makam melihat Allah s.w.t dalam dua perkara yang bertentangan dengan sekali pandang adalah makam arifbillah. Pandangannya tidak terlepas daripada menyaksikan Allah s.w.t. Allah s.w.t dilihat pada orang yang kena bunuh dan orang yang membunuh dengan sekali pandang. Tidak terhijab pandangannya oleh hukum sebab musabab. Inilah makam hamba pilihan yang disemayamkan di Hadrat-Nya. Tidak ada sesuatu selain-Nya yang dapat menarik keluar hamba ini dari Hadrat-Nya.
Orang arifbillah yang mengekalkan ubudiyahnya terhadap Allah s.w.t melihat qabadh dan basath sebagai ujian dari Allah s.w.t. Di antara dua hal tersebut, mereka lebih khuatir jika dikenakan ujian basath. Hati yang leka dengan kesenangan dan keselesaan mudah tergelincir dari memelihara adab sopan ubudiyah. Di dalam hal yang semacam ini, nafsu mudah mengambil kesempatan di atas kemurahan Allah s.w.t. Suasana qabadh pula dapat mengukuhkan ubudiyah dan nafsu tidak berpeluang mencuri masuk. Qabadh menambahkan harapan dan pergantungan kepada Allah s.w.t.

Tujuan Orang Arifbillah

MAKSUD DAN TUJUAN ORANG ARIFBILLAH ADALAH BENAR DALAM UBUDIYAH (KEHAMBAAN) DAN MELAKSANAKAN HAK-HAK RUBUBIAH (KETUHANAN).
Insan adalah ciptaan Allah s.w.t yang paling istimewa kerana padanya digabungkan aspek zahir dengan aspek batin. Aspek zahirnya menyerupai alam semesta dan aspek batinnya berkaitan dengan hal-hal ketuhanan. Hal-hal ketuhanan yang menyinari batin manusia itulah yang menyebabkan sekalian malaikat diperintahkan sujud kepada Adam a.s, bapa kepada sekalian insan.

 (Ingatkanlah peristiwa) tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia – Adam - dari tanah; Kemudian apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu sujud kepadanya”. ( Ayat 71 & 72 : Surah Saad )
 Hati nurani atau rohani manusia ada perkaitan dengan roh urusan Allah s.w.t. Ini yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia, sehingga malaikat diperintahkan sujud kepada manusia. Roh urusan Allah s.w.t menjadi nur yang memberi petunjuk kepada manusia. Hati nurani yang diterangi oleh nur ini akan terpimpin kepada jalan Allah s.w.t. Roh urusan Allah s.w.t itulah yang memungkinkan segala urusan sampai kepada Allah s.w.t, termasuklah ibadat, amalan, doa, rayuan dan apa sahaja yang manusia lakukan. Orang arifbillah menyedari dan menghayati hakikat ini. Kesedaran terhadap roh urusan Allah s.w.t itu membuat mereka menjadikan benar dalam ubudiyah (kehambaan) sebagai tujuan hidup mereka dan pada masa yang sama juga mereka menunaikan hak ketuhanan. Kehambaan dinyatakan melalui syariat:

Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat-Ku. ( Ayat 56 : Surah adz-Dzaariyaat )
 Hak ketuhanan Allah s.w.t pula dinyatakan melalui pandangan hakikat:

“Kerana sesungguhnya aku telah berserah diri kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu! Tiadalah sesuatupun dari makhluk-makhluk yang bergerak di muka bumi melainkan Allah jualah yang menguasainya. Sesungguhnya Tuhanku tetap di atas jalan yang lurus”. ( Ayat 56 : Surah Hud )
Maka bukanlah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah jualah yang menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau (wahai Muhammad) yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah jualah yang melempar (untuk membinasakan orang-orang kafir). ( Ayat 17 : Surah al-Anfaal )
Jalan syariat memperbaiki amal dan jalan hakikat pula menyaksikan Rububiyah, tidak luput dari Hadrat Allah s.w.t dalam segala perkara dan pada setiap masa. Bila dua jalan tersebut berpadu sebagai satu jalan, lahirlah amal zahir dan amal batin yang tidak bercerai tanggal. Orang arifbillah bersungguh-sungguh mengerjakan tuntutan syariat dan pada masa yang sama beriman serta bertawakal sambil menyaksikan hakikat ketuhanan (Rububiyah) menguasai segala sesuatu.
 Tidak ada yang hidup, yang berkuasa, yang berkehendak, yang mengetahui, yang mendengar, yang melihat dan yang berkata-kata melainkan semuanya di bawah urusan Rububiyah. Apa sahaja yang berada di dalam genggaman  atau diheret oleh Rububiyah itu dinamakan ubudiyah. Rububiyah adalah kewujudan yang memerintah dan ubudiyah pula kewujudan yang diperintah.
 Hati yang suci bersih, apabila disinari oleh Nur Ilahi, berpeluang mengembara secara kerohanian dari ubudiyah kepada Rububiyah untuk memperolehi makrifat-Nya. Pengembaraan kerohanian bermula dari alam kebendaan (nasut), naik ke alam lakuan (malakut) dan seterusnya ke alam sifat (Jabarut). Kemudian dia melalui asma’ (nama-nama Allah s.w.t) dan hakikat segala sesuatu. Seterusnya dia mencapai fanafillah (hilang lenyap kesedaran diri di bawah penguasaan Allah s.w.t). Setelah melepasi daerah fana dia masuk kepada daerah baqabillah (kesedaran kekal bersama-sama Allah s.w.t). Kemudian dia turun kepada kesedaran sifat (Jabarut). Di dalam daerah ini dia mengenali hakikat dirinya dan Hakikat Insan (manusia), iaitu suasana Rububiyah yang menguasai sekalian manusia dan juga dirinya. Bila dia turun lagi, dia kembali kepada alam insan semula, memikul amanah sebagai khalifah Allah yang bertanggungjawab menjalankan perintah Allah s.w.t di atas muka bumi ini. Salik yang telah menyempurnakan pengembaraannya dan mendapat amanah kekhalifahan itulah yang dinamakan arifbillah. Martabat ini dicapai dengan menghapuskan segala kepentingan diri sendiri ke dalam kefanaan Allah s.w.t, sehingga mencapai makam baqa.
 Orang arifbillah mengalami dan mengenali suasana ubudiyah dan Rububiyah. Dia telah berjaya menyatukan syariat dan hakikat. Taat kepada Allah s.w.t dan Rasul-Nya dengan mematuhi perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berjalan sesuai dengan Sunah Rasulullah s.a.w, adalah tujuan dan maksud orang arifbillah. Mereka kuat melakukan amal ibadat tetapi tidak melihat kepada amal itu. Segala sesuatu dikembalikan kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t yang memberi petunjuk dan Dia juga yang memberi kekuatan untuk melakukan ketaatan kepada-Nya. Tidak ada yang berlaku melainkan di bawah takluk Kudrat dan Iradat Allah s.w.t jua.
 Kearifan tidak berpisah dengan ubudiyah. Rasulullah s.a.w merupakan manusia yang paling arif dan baginda s.a.w jugalah yang menjadi manusia yang paling kuat berbuat ubudiyah di antara sekalian makhluk.

Harapan Dan Angan-angan

HARAPAN ADALAH YANG DISERTAI AMAL. JIKA TIDAK IA ADALAH ANGAN-ANGAN.
Harapan dan angan-angan adalah dua perkara yang serupa  tetapi datang melalui saluran yang berlainan, lalu meninggalkan kesan yang berbeza. Segala perkara yang datangnya dari Kudrat dan Iradat Allah s.w.t akan diasingkan apabila sampai ke perbatasan langit dunia. Sebahagiannya diserahkan kepada dunia dan sebahagian lagi dipelihara daripada gangguan dunia. Apa sahaja yang diserahkan melalui dunia akan melahirkan kekeliruan dan keraguan serta menutup kebenaran. Apa yang tidak diusik oleh dunia akan tetap berada dalam kesucian yang murni dan tidak putus dari tali kebenaran. Sesiapa yang menerima hidangan dari dunia akan menerima kesannya iaitu gambar-gambar sangkaan dan khayalan. Salah satu kesan yang didatangkan oleh dunia adalah angan-angan. Angan-angan adalah sejenis alam khayalan yang berada di bawah bumbung langit dunia. Di dalam alam ini seseorang itu boleh mendapatkan apa sahaja dengan cara berkhayal, dan yang diperolehi dari khayalan itu menimbulkan sejenis kelazatan atau kepuasan kepada nafsu orang yang berkenaan. Misalnya, seorang pemuda yang tergilakan seorang gadis, boleh mendapatkan gadis itu di dalam alam khayal dan berbuat apa sahaja yang mendatangkan kelazatan dan kepuasan. Alam khayalan ini juga yang menyambut penagih-penagih dadah dan peminum arak. Banyaklah yang boleh didapati di dalam alam khayalan, tetapi apabila kesedaran datang semula seseorang itu akan berpisah daripada semua yang dimilikinya di dalam alam khayalan tadi. Kelazatan di sana boleh dinikmati di sana sahaja, tidak boleh dibawa kepada alam nyata ini.
Pada saluran yang tidak diganggu oleh dunia, perkara yang berbeza terjadi. Apabila seseorang memperolehi kurniaan dari Allah s.w.t yang tidak dikotori oleh dunia, akan lahirlah satu tenaga di dalam dirinya yang dinamakan harapan. Jika angan-angan mengheret seseorang kepada alam khayalan, harapan pula mengemaskan kedudukannya berpijak di atas bumi kenyataan. Tenaga harapan adalah tenaga yang datangnya dari Allah s.w.t. Pengurniaan tenaga harapan adalah tanda bahawa si hamba itu diasingkan daripada kekufuran kerana tidak berputus asa melainkan orang kafir. Tenaga harapan menjadi benteng memisahkan iman daripada kufur. Orang yang memperolehinya sebenarnya mendapat taufik dan hidayat dari Allah s.w.t. Apabila Allah s.w.t mengurniakan kepada hamba-Nya harapan itu tandanya yang Dia berkenan membawa si hamba itu kepada apa yang diharapkan. Tenaga harapan akan menggerakkannya menuju kepada apa yang disediakan untuknya. Pergerakan atau amal tidak terpisah daripada tenaga harapan. Jauh sekali perbezaan antara orang yang berharap dengan orang yang berangan-angan. Rasulullah s.a.w bersabda:

Orang bodoh adalah yang memperturutkan hawa nafsunya dan berangan-angan mendapatkan syurga dari Allah s.w.t. ( Maksud Hadis )
 Allah s.w.t berfirman:

Dan sangkaan kamu yang demikian, yang kamu sangka terhadap Tuhan kamu, itulah yang telah membinasakan kamu; (dengan sangkaan kamu yang salah itu) maka menjadilah kamu dari orang-orang yang rugi!” ( Ayat 23 : Surah Fussilat )  Orang yang diheret oleh angan-angan akan jatuh ke dalam jurang kebinasaan, rugi di dunia dan lebih rugi lagi di akhirat. Orang yang diheret oleh harapan dengan berbagai-bagai amal itulah yang berjaya, baik di dunia dan lebih baik  lagi di akhirat.

Orang Yang Mengenal Allah s.w.t

BUKANLAH ORANG ARIF ORANG YANG MEMPEROLEHI ISYARAT LALU MERASAKAN ALLAH S.W.T LEBIH DEKAT DARI ISYARATNYA. ORANG ARIF ADALAH ORANG YANG TIDAK MENYEDARI ISYARAT KERANA FANA DALAM WUJUD ALLAH S.W.T DAN DILIPUTI OLEH SYUHUD (PENYAKSIAN) KEPADA ALLAH S.W.T.
Hikmat yang lalu menggambarkan keadaan orang awam yang dihijab oleh cahaya dunia dan syaitan sehingga mereka tidak jadi untuk berbuat taat kepada Allah s.w.t. Hikmat 87 ini pula menggambarkan keadaan orang yang berjalan pada jalan Allah s.w.t dan sudah pun mengalami hakikat-hakikat tetapi cahaya hakikat masih menjadi hijab antaranya dengan Allah s.w.t. Pengalaman tentang hakikat menurut istilah tasauf  dipanggil isyarat tauhid. Isyarat-isyarat tersebut apabila diterima oleh hati maka hati akan mendapat pengertian tentang Allah s.w.t. Isyarat-isyarat demikian membuatnya berasa hampir dengan Allah s.w.t. Orang yang berasa hampir dengan Allah s.w.t tetapi masih melihat kepada isyarat-isyarat tersebut masih belum mencapai makam arifbillah. Orang arifbillah sudah melepasi isyarat-isyarat dan sampai kepada Allah s.w.t yang tidak boleh diisyaratkan lagi. Makam ini dinamakan fana-fillah atau lebur kewujudan diri dalam Wujud Mutlak dan penglihatan mata hati tertumpu kepada Allah s.w.t semata-mata, iaitu dalam keadaan: 

Tiada sesuatu sebanding dengan-Nya.
 Tidak ada nama yang mampu menceritakan tentang Zat-Nya. Tidak ada sifat yang mampu menggambarkan tentang Zat-Nya. Tidak ada isyarat yang mampu memperkenalkan Zat-Nya. Itulah Allah s.w.t yang tidak ada sesuatu apa pun menyerupai-Nya. Maha Suci Allah s.w.t dari apa yang disifatkan. 
 Murid yang berjaya dalam perjalanannya mengalami berbagai-bagai hal. Pengalaman tersebut datang sebagai isyarat-isyarat yang tiba-tiba sahaja tercetus di dalam hati, dan hati tiba-tiba sahaja dapat menangkap sesuatu yang ghaib  dan berkaitan dengan ketuhanan. Pengalaman hati tersebut mencetuskan daya tafakur. Hasil dari tafakur dapatlah dia memahami tentang Tuhan. Pengetahuan tentang ketuhanan itu membuatnya merasakan hampir dengan Tuhan. Murid pada peringkat ini dapat melihat kelebihan tauhid yang Allah s.w.t kurniakan kepadanya. Ini menunjukkan dia masih berdalilkan pengalaman kerohaniannya secara tidak sedar bagi mendapat penjelasan tentang tauhid. 
 Berbeza keadaannya daripada orang arifbillah yang tidak lagi melihat kepada tauhid kerana dia sendiri telah fana di dalam tauhid. Orang arifbillah mencapai kefanaan yang mutlak setelah melalui empat peringkat kematian, dipanggil mati tabii, mati maknawi, mati surri dan mati hisi. Mati cara ini bukanlah kematian tubuh badan tetapi ia adalah pelenyapan segala sesuatu selain Allah s.w.t secara berperingkat-peringkat dari alam kebatinan seseorang. Ia diistilahkan sebagai mati kerana pengalaman demikian hanya berlaku setelah rohani seseorang dapat melepasi kurungan duniawi dan masuk ke alam kebatinan yang mendalam atau dikatakan dia terjun ke dalam dirinya sendiri. Rohani manusia bukanlah satu ruang seperti ruang-ruang yang ada di dunia. Rohani adalah Latifah Rabbaniah, perkara ghaib yang sangat seni dan dinisbahkan kepada Allah s.w.t, hanya Allah s.w.t mengetahui hakikatnya. Rohani boleh dihalusi kepada beberapa peringkat. Peringkat pertama dinamakan Latifah Kalbu (hati) yang menjadi asas kepada semua Latifah-Latifah. Ia juga dinamakan tubuh batin. Peringkat yang lebih mendalam dinamakan Latifah Roh yang dibahasakan sebagai roh haiwani iaitu nyawa yang menghidupkan tubuh badan. Latifah Roh menjadi batin kepada Latifah Kalbu. Batin kepada Latifah Roh pula dinamakan Latifah Sir yang dibahasakan sebagai roh insani, yang membekalkan bakat kehidupan kepada roh haiwani dan seterusnya menghidupkan jasad. Batin kepada Latifah Sir dinamakan Latifah Khafi dan batin yang paling dalam dinamakan Latifah Akhfa. 
Bila terbuka medan Latifah kalbu, hati merasakan mati tabii. Kematian cara ini membuat fikiran tidak aktif. Hati mendapat keasyikan tentang alam ghaib dan dalam keasyikan itu pendengaran zahir tidak memberi kesan kepada hati dan fikiran. Dia tidak mendengar apa-apa lagi kecuali suara hatinya yang menyebut Allah, Allah, Allah! Kemudian, tanpa dipaksa-paksa lidahnya menyebut Allah, Allah, Allah! Setiap kali dia menyebut Allah hatinya merasakan seolah-olah Allah menjawab seruannya itu. Pada peringkat ini kesedaran diri lenyap di dalam lakuan Allah s.w.t. Pemikiran, perasaan dan keinginan tidak berfungsi lagi. Semua perkara terhapus, yang ada nur iman dan tauhid. Hatinya menghayati: 
Tiada yang berbuat sesuatu melainkan Allah s.w.t. 
Dalam keadaan demikian dia menghayati firman Allah s.w.t: 

“Padahal Allah menjadikan kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu!” ( Ayat 96 : Surah as-Saaffaat )

Dan tidaklah akan berkehendak, kecuali jika dikehendaki oleh Allah, ( Ayat 29 : Surah at-Takwiir)
 Orang yang memasuki alam kebatinan peringkat ini melihat pergerakan yang terjadi pada dirinya berlaku tanpa dia merancang dan juga dia tidak mampu menyekatnya dari berlaku. Keadaannya sama seperti orang yang melihat dirinya di dalam mimpi. Dia tidak berkuasa menyuruh atau melarang apa yang dirinya lakukan di dalam mimpi itu. Dia seakan-akan melihat orang lain, bukan dirinya sendiri. Pengalaman yang seperti di dalam mimpi itu dialami secara jaga oleh orang yang mencapai fana peringkat pertama atau memasuki suasana mati tabii. Oleh sebab dia melihat dengan jelas dan yakin akan perbuatan dirinya terjadi di luar bidang kekuasaannya, maka perbuatan itu dinafikan keluar dari dirinya dan diisbatkan kepada perbuatan Allah s.w.t. Dia menghayati bahawa Allah s.w.t jualah yang melakukan segala perkara. 
Setelah melepasi medan Latifah kalbu seseorang itu masuk  kepada medan Latifah Roh dan jika diizinkan Allah s.w.t dia berpeluang mengalami suasana mati maknawi. Dalam suasana mati maknawi, penglihatan mata zahir dikuasai oleh penglihatan mata hati. Mata zahir tidak lagi tertarik kepada alam benda. Dia seolah-olah melihat cermin yang ditembusi cahaya, maka sifat-sifat alam benda tidak berbekas pada pandangannya ketika mata hatinya memandang kepada sifat Allah s.w.t Yang Maha Sempurna dan Kekal. Kesedarannya terhadap sifat dirinya hilang dan dia dikuasai oleh suasana sifat Allah s.w.t. Penghayatan hatinya pada ketika ini adalah: 
Tiada yang hidup melainkan Allah s.w.t.
 Kefanaan pada peringkat ini membuat seseorang melihat kepada keabadian. Dia tidak lagi melihat kepada jasad yang akan binasa dan tidak juga kepada dunia yang bersifat sementara. Dia dikuasai oleh suasana rohani yang tidak akan binasa kerana rohani hidup menumpang Hayat Allah s.w.t. 
 Setelah melepasi medan Latifah Roh dia masuk kepada medan Latifah Sir dan jika Allah s.w.t izinkan dia dapat merasakan suasana mati surri. Dalam suasana mati surri, segala kewujudan yang sementara dan sifat kemanusiaan terhapus dari alam kebatinannya. Dia masuk ke alam ghaib yang penuh dengan Nur Ilahi. Nama Allah s.w.t berbekas pada hatinya dan dia menghayati kenyataan: 
Tiada yang terpuji melainkan Allah s.w.t. 
 Orang yang mengalami kefanaan ini sudah terputus dari sifat-sifat kemanusiaan maka lahirlah perwatakan yang ganjil dan aneh, tidak secucuk dengan tatasusila dan adab masyarakat. Cara dia berpakaian, makan dan minum tidak seperti orang ramai lagi. Percakapannya sukar dimengerti dan kadang-kadang menyinggung perasaan orang lain. Mungkin juga terkeluar dari mulutnya ucapan yang pada zahirnya bersalahan dengan syariat. 
 Setelah melepasi Latifah Sir seseorang itu masuk ke dalam medan Latifah Khafi dan jika diizinkan Allah s.w.t dia berpeluang memasuki susana mati hisi. Dalam suasana ini apa juga yang mengisi alam ini lenyap dari alam perasaannya Tidak ada lagi pemikiran, perasaan, bahasa, ruang, masa, ukuran dan rupa bentuk. Dia mengalami suasana yang kosong, tiada isi, tiada rupa, tiada bahasa dan tidak boleh diperkatakan apa-apa. Dia menghayati suasana: 
Tiada yang maujud secara mutlak melainkan Allah s.w.t.
Semua yang lain dari Allah s.w.t binasa, Wujud Allah s.w.t yang tidak binasa. Keadaan kerohanian pada peringkat ini adalah: 
Zat yang kosong dari makhluk, yang maujud hanya Allah s.w.t.
 Setelah melepasi suasana kematian dalam empat Latifah itu seseorang itu masuk kepada batin yang paling dalam iaitu Latifah Akhfa. Dia sudah melepasi suasana fana dan masuk kepada suasana baqabillah atau kekal bersama-sama Allah s.w.t. Dia sentiasa bersama-sama Allah s.w.t baik ketika jaga mahu pun ketika tidur. Segala gerak gerinya merupakan ibadat. Mata hatinya sentiasa memandang kepada Allah s.w.t. Kesibukannya dengan apa jua urusan tidak melindungi penglihatan hakiki mata hatinya. Tampak nyata baginya: 
Tiada yang berkuasa melainkan Allah s.w.t; tiada yang berkehendak melainkan apa yang dikehendaki Allah s.w.t; tidak ada daya dan upaya melainkan daya dan upaya yang dari Allah s.w.t. Segala sesuatu datangnya dari Allah s.w.t dan kembali kepada-Nya.
Mata hatinya melihat bahawa segala kewujudan selain Zat Allah s.w.t, sifat Allah s.w.t, perbuatan Allah s.w.t dan asma’ Allah s.w.t hanyalah kewujudan yang tidak berhakikat. Inilah makam arifbillah, iaitu orang yang benar-benar mengenal Allah s.w.t. 

Rumahku Syurgaku

Bila ada surga di dunia itu adalah rumah tangga yang bahagia, rumah tangga yang penuh dengan rasa sakinah, mawaddah dan rahmah. Dan bila ada neraka di dunia itu adalah rumah tangga yang hancur, suami istri saling menyalahkan, curiga, tidak saling mencintai dan jauh dari rasa sakinah mawaddah dan rahmah.
Sebagaimana kita ingat rasul bersabda bahwa sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri sholihah. Yang akan menjadikan rumah kita bak surga,baiti jannati. Sejak pernikahan ini, mulai saat ini sampai akhir hayat Anda insya Allah, istri Anda akan menjadi mitra, patner dan sabahat terbaik.
Dengan dialah, Anda berbagi berbagai kejadian, melewatkan hari dan tahun bersama. Dengannya lah Anda berbagi suka, duka, impian, harapan dan juga kecemasan.Ketika Anda sakit, dialah yang akan merawat, ketika Anda memerlukan pertolongan dia akan mengupayakan semua yang dia bisa lakukan bagimu. Ketika Anda berbagi rahasia padanya, dia akan menjaga rahasia itu dengan amanah; ketika Anda perlu nasehat, dia akan memberikan nasehat yang terbaik.
Dan dia akan selalu bersamamu. Ketika terbangun di pagi hari, yang pertama mata Anda lihat adalah dia. Dia akan selalu bersamamu, dan jika pada suatu waktu dia tidak ada di sisimu, maka secara emosi dia ada bersamamu. Dia memikirkan, berdoa untuk kebaikanmu dengan sepenuh hati, dan Anda ada dalam pikiran, doa dan hatinya. Ketika Anda tidur di malam hari, terakhir yang Anda lihat adalah dia; dan ketika Anda bermimpi, anda akan melihatnya dalam mimpimu. Kamulah dunianya dan dialah duniamu.
Allah mengingatkan kepada manusia yang mencari keberadaanNya bahwa salah satu tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menjadikan rasa kasih dan sayang.
Allah berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.
(QS. 30:21)
Tetapi hati manusia bukanlah sesuatu yang statis, tetapi sangat dinamis. Perasaan dapat berubah setiap waktu. Dan cinta pun dapat terbang dan hilang. Ikatan pernikahan pun bisa menjadi lemah bila tidak dijaga dengan baik dan kebahagian di dalam rumah tangga pun tidak bisa dijamin akan berlangsung terus.
Perlu usaha dari kedua belah pihak suami istri untuk saling menjaga keberlangsungan cinta dan kasih mereka. Ibarat sebuah pohon, tanahnya perlu dirawat, dijaga dan dipupuk. Oleh karenanya, inilah sedikit pesan Anda para suami;
Di dunia kita, kita hidup di kehidupan yang sibuk dan melelahkan di kelilingi oleh berbagai macam schedule dan deadline. Bagi pasangan, ini artinya kemungkinan Anda tidak bisa meluangkan waktu bersama-sama dan berada sendiri di tengah-tengah kesibukan kerja dan komitmen tugas.
Anda jangan membiarkan hal ini terjadi terus menerus. Cobalah sesekali Anda luangkan waktu untuk melakukan kegiatan secara periodik dengan istri Anda. Ingat rasul juga pernah meluangkan waktunya untuk berlomba lari dengan Aisyah r.a. Keluar dengan istri sesering mungkin, lakukan aktivitas bersama, mengunjungi teman bersama, piknik bersama atau sekedar berbelanja di mall bersama.
Selalu jaga romantika dalam hubungan Anda. Kehidupan modern hampir mengubah kita menjadi robot atau mesin teknologi tinggi tanpa emosi. Menunjukkan emosi dan perasaan yang Anda rasakan perlu untuk menjaga ikatan pernikahan terhindarkan dari berkarat, peluruhan.
Sebagaimana rasul bersabda untuk menunjukkan rasa kasih dan sayang pada saudara yang kita cintai,
“Katakanlah kepadanya kalau engkau mencintai saudaramu,”
sebuah hadist untuk menunjukkan cinta kepada teman karena ikatan ukhuwah. Terlebih lagi bila istri kita yang terikat dengan ikatan suci pernikahan, nyatakanlah.
Jangan meremehkan hal-hal penting yang terlihat kecil, seperti membawakan belanjaannya, memijit bahunya atau membukakan pintu mobil dan sebagainya. Ingatlah bahwa rasul pernah menyediakan kakinya untuk membantu istrinya naik ke atas unta.
Usahakanlah untuk menyediakan waktu sholat berjamaah dengan istri. Memperkuat hubungan Anda dengan Allah merupakan jaminan terbaik agar pernikahan Anda akan selalu terjaga kuat. Merasakan kedekatan dan kedamaain dalam hubungan Anda dengan Allah akan terimplikasikan dalam hubungan Anda dengan istri di rumah.
Ingatlah bagaimana rasul memberikan apresiasi yang sangat besar bagi pasangan yang bangun malam hari untuk sholatlayl (sholat malam/tahajjud) bersama atau seorang istri/suami yang membangunkan pasangannya untuk sholatlayl sekalipun dengan memercikkan air di muka pasangannya.
Lakukan usaha terbaikmu untuk menjadi terbaik bagi istri dengan kata-kata dan dengan perbuatan. Bicaralah padanya dengan baik, senyum padanya, minta nasehatnya, mintalah pendapatnya, dan luangkan waktu yang berkualitas dengannya dan selalu ingat bahwa rasul bersabda
“Yang terbaik diantara kamu adalah terbaik memperlakukan istrinya”.
Adalah hal biasa yang terjadi dimana pasangan berjanji untuk mencintai dan menghormati istri/suaminya sampai maut memisahkan mereka. Saya percaya bahwa janji ini adalah baik dan sangat baik. Tetapi hal ini tidak cukup. Anda harus mencintai apa yang dicintai istri Anda. Keluarganya, dan hal-hal yang dia cintai harus menjadi kecintaan Anda pula.
Tidak cukup pula mencintainya sampai maut memisahkan. Cinta tidak boleh mati dan kita percaya bahwa ada kehidupan akhirat, kehidupan setelah mati. Dan insya Allah, akan dipertemukan kelak di akhirat.
Sebagaimana rasul mencintai Khadijah istrinya yang telah menemani beliau selama 25 tahun, beliau terus menerus mencintai khadijah dan mengingatnya. Setelah kematian khadijah beberapa tahun berselang, rasulullah tidak pernah melupakannya bahkan sanak kerabat dan teman khadijah beliau utamakan yang terkadang membuat Aisyah cemburu.
Cintailah istri Anda, dan apa yang dicintainya. Cintailah ia tidak hanya sampai maut memisahkan tetapi sampai Anda dikumpulkan bersama kelak di akhirat, insya Allah.

Curahkan semua Kepada Alloh

Bismillahirohmanirrohim...
Allah memberi kita banyak kelebihan dan juga kekuranagan.
Dalam menjalin hubungan tidak ada kata-kata COCOK!!! karena apa? semua orang di dunia tidak dciptakan sama persis walaupun ada orang kembar tapi mereka juga memiliki perbedaan. sifat, sikap, tingkah laku, pemikiran, dll semua pasti ada perbedaan. Perbedaan itu bukan untuk di hujad atau dijadikan alasan untuk mereka2 yang tidak suka pada kita.
Allah memberi kekurangan dan kelebihan untuk dijadikan pelengkap saling melengkapi.
jadilah seseorang yang mau menerima kekurangan dan kelebihan orang lain tanpa iri untuk menghancurkannya,,tapi irilah akan kebaikan agamanya dengan cara berlomba-lombalah dalam mencari Ridho Allah dengan cara yang baik dan bertujuan mendapat berkah pula.
Hidup itu yang terpenting adalah BAROKAH (BERKAH).
Yakinlah dengan semua yang diberi Allah itu adalah sesuatu yang indah walaupun harus butuh kesabaran, pengorbanan yang sangat lelah...
Jadikan kekurangan-kekuranganmu sebagai kelebihanmu yang belum sempurna dan bagaimana caranya kamu menyempurnakan kekuranganmu itu menjadi kelebihan, berusahalah untuk menjadi yang terbaik di hadapan Rabby mu,,,berpasrahlah atas semua yang terjadi...jikalau ada yang menghina kekurangan-keluranganmu maka mintalah petunjuk dari-Nya agar kekurangan itu menjadi kebaikan yang di ridhoi Allah.
Tetap SEMANGAT dan jangan pernah melupakan Allah SWT...karena hanya kepada-Nya kamu mencurahkan isi hatimu yang sesungguhnya. Allah Maha segala-galanya...

BERPEGANG KEPADA MAKAM


 JANGAN MEMINTA KEPADA ALLAH S.W.T SUPAYA DIPINDAHKAN DARI SATU HAL KEPADA HAL YANG LAIN, SEBAB JIKA ALLAH S.W.T MENGKEHENDAKI DIPINDAHKAN KAMU TANPA MERUBAH KEADAAN KAMU YANG LAMA.
Hal adalah pengalaman hati tentang hakikat. Hal tidak boleh didapati melalui amal dan juga ilmu. Tidak boleh dikatakan bahawa amalan menurut tarekat tasauf  menjamin seseorang murid memperolehi hal. Latihan secara tarekat tasauf  hanya menyucikan hati agar hati itu menjadi bekas yang sesuai bagi menerima kedatangan hal-hal (ahwal). Hal hanya diperolehi kerana anugerah Allah s.w.t. Mungkin timbul pertanyaan mengapa ditekankan soal amal seperti yang dinyatakan dalam  Hikmat yang lalu sedangkan amal itu sendiri tidak menyampaikan kepada Tuhan?
 Perlu difahami bahawa seseorang hamba tidak mungkin berjumpa dengan Tuhan jika Tuhan tidak mahu bertemu dengannya. Tetapi, jika Tuhan mahu menemui seseorang hamba maka dia akan dipersiapkan agar layak berhadapan dengan Tuhan pada pertemuan yang sangat suci dan mulia. Jika seorang hamba didatangi kecenderungan untuk menyucikan dirinya, itu adalah tanda bahawa dia diberi kesempatan untuk dipersiapkan agar layak dibawa berjumpa dengan Tuhan. Hamba yang bijaksana adalah yang tidak melepaskan kesempatan tersebut, tidak menunda-nunda kepada waktu yang lain. Dia tahu bahawa dia menerima undangan dari Tuhan Yang Maha Mulia, lalu dia menyerahkan dirinya untuk dipersiapkan sehingga kepada tahap dia layak menghadap Tuhan sekalian alam. Makam di mana hamba dipersiapkan ini dinamakan aslim atau menyerah diri sepenuhnya kepada Tuhan. Tuhan yang tahu bagaimana mahu mempersiapkan hamba yang Dia mahu temui. Tujuan amalan tarekat tasauf  ialah mempersiapkan para hamba agar berkeadaan bersiap sedia dan layak untuk dibawa berjumpa dengan Tuhan (memperolehi makrifat Allah s.w.t). Walaupun hal merupakan anugerah Allah s.w.t semata-mata, tetapi hal hanya mendatangi hati para hamba yang bersedia menerimanya.
 Murid atau salik yang memperolehi hal akan meningkatkan ibadatnya sehingga suasana yang dicetuskan oleh hal itu sebati dengannya dan membentuk keperibadian yang sesuai dengan cetusan hal tersebut. Hal yang menetap itu dinamakan makam. Hal yang diperolehi dengan anugerah bila diusahakan akan menjadi makam. Misalnya, Allah s.w.t mengizinkan seorang salik mendapat hal di mana dia merasai bahawa dia sentiasa berhadapan dengan Allah s.w.t, Allah s.w.t melihatnya zahir dan batin, mendengar ucapan lidahnya dan bisikan hatinya. Salik memperteguhkan daya rasa tersebut dengan cara memperkuatkan amal ibadat yang sedang dilakukannya sewaktu hal tersebut datang kepadanya, sama ada ianya sembahyang, puasa atau zikir, sehingga daya rasa tadi menjadi sebati dengannya. Dengan demikian dia mencapai makam ihsan.
 Satu sifat semula-jadi manusia adalah tergesa-gesa, bukan sahaja dalam perkara duniawi malah dalam perkara ukhrawi juga. Salik yang rohaninya belum mantap masih dibaluti oleh sifat-sifat kemanusiaan. Apabila dia mengalami satu hal dia akan merasai nikmatnya. Rindulah dia untuk menikmati hal yang lain pula. Lalu dia memohon kepada Allah s.w.t supaya ditukarkan halnya. Sekiranya hal yang datang tidak diperteguhkan ia tidak menjadi makam. Bila hal berlalu ia menjadi kenangan, tidak menjadi keperibadian. Meminta perubahan kepada hal yang lain adalah tanda kekeliruan dan boleh membantut perkembangan kerohanian.
 Kekuatan yang paling utama adalah berserah kepada Allah s.w.t, reda dengan segala lakuan-Nya. Biarkan Allah Yang Maha Mengerti menguruskan kehidupan kita. Sebaik-baik perbuatan adalah menjaga makam yang kita sedang berada di dalamnya. Jangan meminta makam yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semakin hampir dengan Allah s.w.t semakin hampir dengan bahaya yang besar, iaitu dicampak keluar dari majlis-Nya sesiapa yang tidak tahu menjaga kesopanan bermajlis dengan Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Oleh yang demikian, tunduklah kepada kemuliaan-Nya dan berserahlah kepada kebijaksanaan-Nya, nescaya Dia akan menguruskan keselamatan dan kesejahteraan para hamba-Nya.

MENUNDA AMAL TANDA KEBODOHAN


MENUNDA AMAL KEBAIKAN KERANA MENANTIKAN KESEMPATAN YANG LEBIH BAIK ADALAH TANDA KEBODOHAN.
Hikmat yang lalu memaparkan kebodohan yang timbul kerana kejahilan tentang kekuasaan Tuhan. Hikmat 26 ini pula memaparkan kebodohan yang timbul lantaran kelalaian. Orang yang mabuk dibuai oleh ombak kelalaian tidak dapat melihat bahawa pada setiap detik pintu rahmat Allah s.w.t sentiasa terbuka dan Allah s.w.t sentiasa berhadap kepada hamba-hamba-Nya. Setiap saat adalah kesempatan dan tidak ada kesempatan yang lebih baik daripada kesempatan yang memperlihatkan dirinya kepada kita. Kesempatan yang paling baik ialah kesempatan yang kita sedang berada di dalamnya.
 Kelalaian adalah buah kepada panjang angan-angan. Panjang angan-angan pula datangnya dari pokok kurang ingatan kepada mati. Jadi, ubat yang paling mujarab untuk mengubati penyakit kelalaian ialah memperbanyakkan ingatan kepada mati. Apabila ingatan kepada mati sudah kuat maka seseorang itu tidak akan mengabaikan kesempatan yang ada baginya untuk melakukan amal salih.
 Hikmat ke 26 jika ditafsir secara umum menganjurkan agar segala amal kebaikan hendaklah dilakukan dengan segera tanpa bertangguh-tangguh. Jika diperhatikan  Kalam-kalam Hikmat yang lalu dapat difahamkan bahawa Hikmat yang dipaparkan berperanan membimbing seseorang pada jalan kerohanian. Amal yang ditekankan adalah amal yang berhubung dengan pembentukan rohani. Hikmat  27 nanti akan memperkatakan tentang makam iaitu suasana kerohanian. Jadi, jika ditafsir secara khusus Hikmat  26 ini menganjurkan bersegera melakukan amal-amal yang perlu bagi menyediakan hati untuk menerima kedatangan hal-hal dan seterusnya mencapai makam-makam. Amal yang berkenaan ialah latihan kerohanian menurut tarekat tasauf. Latihan yang demikian harus disegerakan sebaik sahaja mendapat kesempatan, tanpa menanti kedatangan kesempatan yang lain yang diharapkan lebih baik dan lebih sesuai.
 Ketika menjalani latihan kerohanian secara tarekat tasauf  kehidupan hanya dipenuhi dengan amal ibadat seperti sembahyang, puasa, berzikir dan lain-lain Semua amalan tersebut dilakukan bukan bertujuan untuk mengejar syurga tetapi semata-mata untuk mendapatkan keredaan Allah s.w.t dan mendekatkan diri kepada-Nya. Amalan seperti inilah yang membuka pintu hati untuk berpeluang mengalami hal-hal yang membawa kepada hasil yang diharapkan iaitu makrifatullah. Sesiapa yang benar-benar ingin mencari keredaan Allah s.w.t dan berhasrat untuk menghampiri-Nya serta mengenali-Nya hendaklah jangan bertangguh-tangguh lagi. Usah dicari kesempatan yang lebih baik. Jangan menjadikan masalah keduniaan sebagai alasan untuk menunda tindakan bergiat mencari keredaan Allah s.w.t. Bulatkan tekad, kuatkan azam, masuklah ke dalam golongan ahli Allah s.w.t yang beramal dan bekerja semata-mata kerana Allah s.w.t. Benamkan diri sepenuhnya ke dalam suasana ‘Allah’ semata-mata dan tinggalkan apa sahaja yang selain Allah s.w.t buat seketika. Anggapkan latihan yang demikian seperti keadaan ketika menunaikan fardu haji di Tanah Suci. Selama di Tanah Suci, segala-galanya ditinggalkan di tanah air sendiri. Di hadapan Baitullah seorang hamba menghadap dengan sepenuh jiwa raga kepada Tuhannya. Dia tidak khuatirkan keluarga, harta dan pekerjaan yang ditinggalkan kerana semuanya sudah diserahkannya kepada penjagaan Allah s.w.t. Allah s.w.t adalah  Pemegang amanah yang paling baik. Dia menjaga dengan sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepada-Nya. Syarat penyerahan itu adalah keyakinan.
 Perlu juga dinyatakan bahawa latihan kerohanian secara tarekat   tasauf  bukanlah satu-satunya jalan kepada Allah s.w.t. Tujuan utama latihan secara tasauf  adalah untuk mendapatkan ikhlas dan penyerahan yang menyeluruh kepada Allah s.w.t. Ikhlas dan penyerahan boleh juga diperolehi walaupun tidak menjalani tarekat   tasauf  tetapi tanpa latihan khusus pembentukan hati kepada suasana yang demikian adalah sukar dilakukan.
 Jalan yang tidak ada latihan khusus adalah jalan kehidupan harian. Pada jalan ini orang yang beriman perlu bekerja kuat untuk menjalankan peraturan Islam dan mempertahankan iman. Pancaroba dalam kehidupan harian sangat banyak dan orang yang beriman perlu berjalan dicelah-celahnya, menjaga diri agar tidak tertawan dengan penggoda. Kewaspadaan dalam kehidupan harian itu adalah sifat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang mulia pada sisi Allah s.w.t.
 Walau jalan mana yang dilalui matlamatnya adalah memperolehi ikhlas, berserah diri dan bertakwa.